Opini

Ferdi dan Getar Sosial Mandar

Masyarakat menunggu kepulangannya seperti menanti pahlawan pulang dari pertempuran.

|
Editor: Nurhadi Hasbi
Dok Pribadi Hamzah
Hamzah Durisa, Penggerak GUSDURian Senior Majene dan Pegiat Literasi PaGi Indonesia 

Semangat bahwa orang Mandar juga bisa dikenal, bisa tampil, bisa bersaing.

Makna Sosial di Balik Euforia

Kepulangan Ferdi membuat Polewali macet. Tapi tidak ada yang marah. Justru orang berbondong-bondong turun ke jalan.

Pedagang menghentikan jualannya.  Yang bertani tidak berangkat ke ladangnya. Mereka hanya ingin melihat, meski sekilas, sosok yang mereka anggap “wakil mereka”.

Ini bukan tentang dangdut semata. Ini tentang rasa keterhubungan sosial.

Ketika masyarakat melihat Ferdi, mereka melihat diri mereka sendiri — perjuangan dari daerah kecil yang sering terlupakan, tapi penuh bakat.

Antropologi menyebut fenomena seperti ini sebagai bentuk emosi kolektif.

Sebuah momen ketika batas antara individu dan masyarakat larut. Yang tersisa hanyalah rasa: bangga, haru, gembira, dan cinta pada kampung sendiri, bahkan mata yang berkaca-kaca menjadi hal yang biasa. Ada dorongan dari dalam diri yang tidak bisa dibahasakan.

Peristiwa ini juga memperlihatkan bagaimana budaya lokal tidak hilang, melainkan bertransformasi mengikuti zaman.

Arak-arakan penyambutan Ferdi adalah versi modern — tradisi penyambutan orang penting dalam adat Mandar.

Bedanya, sekarang yang diarak bukan sekelas raja, melainkan figur hiburan. Namun esensinya sama: penghormatan, doa, dan kebanggaan.

Masyarakat tetap menggunakan simbol lokal — seperti pakaian adat saat pengalungan bunga dengan bahan dasar dari saqbe, alat musik tradisional, bahkan bahasa Mandar dalam yel-yel penyambutan. Ini menunjukkan bahwa modernitas tidak memutus akar.

Ia justru memberi panggung baru bagi budaya lama untuk tetap hidup dalam bentuk yang lebih dinamis.

Kebanggaan yang Mengikat

Fenomena Ferdi DA7 bukan hanya kisah seorang penyanyi. Ia adalah kisah masyarakat yang menemukan cermin kebanggaan baru.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Perokok Pemula dan Dilema Budaya

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved