Opini

Pahlawanku Teladanku

Secara umum, pahlawan adalah orang yang memiliki aset dan kontribusi dalam melawan ketidakadilan.

Editor: Nurhadi Hasbi
dok Ilham Sopu
Ilham Sopu, salah satu cendikiawan Muslim asal Kabupaten Polman, Sulawesi Barat, sehari-hari sebagai pengajar di salah satu pondok pesantren di Pambusuang. 

Oleh: Ilham Sopu

PAHLAWAN dan teladan adalah dua kata yang tidak dapat dipisahkan.

Pahlawan adalah orang yang berjasa, memiliki kontribusi, dan memberi manfaat.

Sedangkan teladan berkaitan dengan objek yang dapat dijadikan contoh yang baik.

Keteladanan dalam diri seorang pahlawan muncul karena memiliki kelebihan-kelebihan yang dapat disumbangkan atau berkontribusi terhadap eksistensi bangsa dalam melawan kolonialisme.

Secara umum, pahlawan adalah orang yang memiliki aset dan kontribusi dalam melawan ketidakadilan.

Perlawanan terhadap penindasan yang dilakukan oleh orang-orang zalim termasuk dalam jihad, karena mempertahankan diri berarti menjaga eksistensi kemanusiaan.

Dalam konteks kemerdekaan Indonesia, para pahlawan yang telah mempertahankan dan merebut kemerdekaan adalah teladan-teladan yang memiliki otoritas patriotik, dengan jiwa nasionalisme dan kecintaan kepada tanah air yang tinggi serta kebencian terhadap penjajahan bangsa-bangsa Barat.

Baca juga: Keteladanan Gus Dur: Ulama Multidimensi, dari Pesantren hingga Peradaban Dunia

Keteladanan yang mereka miliki bersifat holistik. Mereka tidak hanya membenci kolonialisme karena tidak berperikemanusiaan, tetapi juga sangat menginginkan tanah air yang merdeka.

Keteladanan para pahlawan menjadi aset bagi generasi hari ini untuk melanjutkan estafet perjuangan membangun bangsa.

Suatu dosa sejarah yang besar apabila amanah yang telah ditinggalkan para pahlawan tidak dilanjutkan oleh generasi sesudahnya.

Semangat para pahlawan kebangsaan harus diadopsi ke dalam diri generasi penerus agar terjalin kontinuitas dengan generasi pahlawan masa lalu.

Masalah yang akut hari ini adalah hilangnya keteladanan terhadap semangat patriotisme para pahlawan yang rela mengorbankan jiwa raganya demi eksisnya wilayah Nusantara.

Masyarakat kita adalah masyarakat yang paternalistik, yang memandang pemimpin sebagai figur sentral dan sumber vibrasi positif bagi masyarakatnya.

Dalam konteks sekarang, keteladanan menjadi barang yang sangat langka. Kita sulit mencari rujukan sentral dalam hal keteladanan.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Perokok Pemula dan Dilema Budaya

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved