Opini
Cegah Bullying: Keluarga Menjadi Benteng Pertama
Bahkan, jika ditarik mundur, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga mencatat tren meningkatnya kasus bullying pada 2 dekade terakhir.
Kelima, identifikasi perilaku yang mengkhawatirkan : orang tua harus selalu memantau perubahan perilaku anak-anak. Jika mendeteksi tanda-tanda ketidakbahagiaan, penarikan diri, atau perubahan drastis dalam kesehariannya, orang tua harus peka dan bertindak secepatnya, menanyakan apa yang terjadi pada anak-anak mereka dan memberi solusi serta mencari bantuan jika diperlukan.
Bullying Tanggung Jawab Bersama
Sebagai catatan mengatasi bullying membutuhkan upaya yang berkelanjutan dan kolaborasi antara keluarga, sekolah, komunitas dan penegak hukum serta stakehoders yang terkait untuk memassifkan kampaye kesadaran anti-bullying.
Anak-anak harus berani melaporkan ketika mengalami insiden bullying dan mendukung teman-temannya yang menjadi korban bullying begitupun orang tua mendengarkan dengan bijak anak-anak mereka ketika melaporkan insiden bullying yang dialaminya serta mengajarkan anak-anak tentang toleransi, empati dan cara berkomukasi yang baik dalam keluarga sehingga peran keluarga berjalan dengan baik karena dengan mengetahui peran penting keluarga dalam pencegahan bullying, kita dapat menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi anak-anak kita.
Sebagai penutup tulisan bahwa melindungi anak-anak dari pengalaman traumatis seperti bullying bukanlah tugas yang mudah, tetapi dengan upaya bersama, kita dapat membentengi mereka dari tekanan-tekanan tersebut dan memberi mereka kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang aman dan penuh cinta.
Semoga sebagai keluarga, kita dapat bersama-sama berperan dalam melawan bullying dan membantu anak-anak mencapai potensi terbaik mereka.(*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/sulbar/foto/bank/originals/ILUSTRASI-kasus-perundungan-anak.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.