Opini
Mempersepsikan Keteladan Guru di Zaman Now
Apakah public lupa dengan keteladanan tersebut sehingga muncul Sosok Dini Fitria Kepala SMAN1 Cimarga
saya disekolahmu begitu pula sebaliknya dalam jangka watu tertentu, ternyata tantangan bagi guru lain tersebut tidak diindahkan dengan beragam alasan.Jebakan Zona nyaman pembelajaran termaktub dalam cuplikan kisah kelakar guru bersangkutan dan sekarang mulai terealisasi. Kondisi penuh jebakan pembelajaran ini tidak serta merta menjadikan guru berbenah diri bahkan lebih menjumudkan diri dalam kenyamanan yang melenakan dan membahayakan pembelajaran.
Keberadaan UKG (Uji Kompetensi Guru ) dalam sistem penilaian kinerja guru tidak serta merta menunjukkan nuansa perkembangan pembelajaran. Penilaian sesaat hasil UKG 2015 secara tersirat menyatakan bahwa semakin senior guru justrunilai UKG jauh dibawah guru yunior.
Kegagapan melakukan reposisi peran pembelajaran ini menjadi permasalahan sehingga aspek keteladanan di masa kekinian menjadi pekerjaan berat
dan harus diselesaikan secara proporsional. Muhammad Abduhzen dalam Opini di Kompas 5 Desember 2016 menyatakan untuk hidup sukses di abad 21 memerlukan beberapa ketrampilan yakni Keterampilan kognitif ( cognitive skills) khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi ( higher order thinking); Keterampilan interpersonal (interpersonal skills, yaitu kecakapan berkomunikasi yang meyakinkan ( hard
communication), Kecakapan hidup spesifik ( specific life skills).
Tuntutan perkembangan kekinian tersebut selayaknya memberikan persepsi guru dalam memberikan keteladanan selama menjalankan tugas pembelajarannya. Menyikapi hasil UKG diatas kalangan guru nampaknya perlu mereposisi sejauh manakah keteladan dibutuhkan dalam proses pembelajaran berkelanjutan. Kesadaran kolektif guru perlu dimunculkan mengingat respon negatif serba satir lebih banyak mengemuka manakala kebijakan pembelajaran terbarukan ini muncul.
Penolakan kuat pemberlakukan kurikulum 2013 menjelang dilaksanakan secara nasional dengan alasan kurikulum masa lalu masih relevan menjadi bukti betapa kuatnya zona nyaman melingkupi dunia keguruan negeri ini. Tantangan ini perlu disambut dengan keteladanan cerdas tak terbatas
mengingat mainstream pendidikan terkadang terus berkembang liar.
Tantangan inilah yang selayaknya mendasari pola pemahaman keteladanan kekinian sehingga pendidikan linier dengan perkembangan zaman. Hakikat profesi Guru sebagai manusia pebelajar sejati selayaknya disadari dalam mewarnai profesi untuk mengembangkan potensi diri insani. Kejelasan peran dan makna selama menjalankan profesi guru merupakan sebuah keniscayaan manakala habitus baru ingin dikembangkan dalam pola pembelajaran berbasis kekinian tanpa terus merasa ketinggalan.(*)
| Viral Anak SD Stres karena PR: Sekolah Ramah Anak Masih Sekadar Slogan? |
|
|---|
| Nobel Ekonomi, Prabowonomics dan Kesenjangan Inovasi Kita |
|
|---|
| Asap di Atas Aspal Sekali Isap Banyak Hak Terampas |
|
|---|
| Kesantunan Berbahasa Kian Meredup: Refleksi di Bulan Bahasa dan Sastra |
|
|---|
| Soal Keracunan MBG : Makanan yang Tidak Aman Bukanlah Makanan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/sulbar/foto/bank/originals/osen-PGSD-F.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.