Opini

Mengenang Bapak Kwik Kian Gie

Ada strateginya, bukan sekedar dikeruk untuk dinikmati, apalagi jika dinikmati oleh segelitir orang

Editor: Abd Rahman
Istimewa
Editor: Imam Saputro zoom-inlihat fotoKwik Kian Gie Meninggal Dunia di Usia 90 Tahun, Ini Profil Sang Ekonom Senior Warta Kota/henry lopulalan KWIK KIAN GIE - Ekonom sekaligus mantan Menteri Ekuin Kwik Kian Gie bersaksi dalam kasus dugaan korupsi penyelamatan Bank Century dengan terdakwa mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Budi Mulya di Pengadilan Tipikor, Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (12/5/2014). Artikel ini telah tayang di TribunPalu.com dengan judul Kwik Kian Gie Meninggal Dunia di Usia 90 Tahun, Ini Profil Sang Ekonom Senior, https://palu.tribunnews.com/2025/07/29/kwik-kian-gie-meninggal-dunia-di-usia-90-tahun-ini-profil-sang-ekonom-senior. 

Mengenang Bapak Kwik Kian Gie

Oleh Tasrief Surungan :  Plt. Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Sulawesi Barat,
Anggota Dewan Profesor dan Kaprodi S3 Fisika FMIPA Unhas

TRIBUN-SULBAR.COM- Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rojiun. Saya Turut berduka atas wafatnya Bapak Kwik Kian Gie,  Menko Ekuin di masa adminitrasi Presiden Gusdur dan Presiden Megawati Soekarno Putri.  

Beliau adalah pemikir Bangsa. Cintanya pada  Rakyat dan tanah air Indonesia tidak diragukan, utuh 24 karat. 

Banyak Gagasan Beliau sangat berkesan buat saya, salah satunya adalah pandangannya mengenai pengelolaan SDAM (Sumber Daya Alam dan Mineral) di tanah air. 

Saat saya masih berstatus sebagai  dosen muda di Unhas, pertengahan dekade 90-an, saya baca opini Beliau  di Harian Kompas. 

Saya tidak ingat persis tanggalnya, tapi gagasan Beliau berbekas kuat dalam pikaran saya. Saat itu Beliau belum menjadi  Menteri. 

Kwik Kian Gie  menggambarkan secara sangat runtut bagaimana Bapak Presiden Pertama RI, Bung Karno,  menolak bujuk rayu/proposal para investor Luar Negeri (LN) untuk diberi izin dalam pengelolaan SDAM. 

Pandangan Bung Karno jelas, argumennya sijgkat, kata Pak Kwik.  Pengelolaan SDAM ada momentumnya, ada masanya yang tepat, bukan Sekarang.  Kapan?  Bung Karno, kata Pak Kwik, Nantilah pada saat Generasi Muda Bangsa ini sudah memiliki penguasaan IPTEKS yang memadai untuk mengelolanya sendiri. 

Jadi  jangan diserahkan pada pihak Asing. 

Luar biasa Wawasan Bung Karno.  Tokoh sentral perjuangan kemerdekaan Banga ini  paham betul, bahwa kalau investor itu dibiarkan mengelola SDAM pada saat putra putri Bangsa Indonesia belum memiliki penguasaan IPTEKS yang memadai, maka itu sama artinya kita  menjual tanah air. Kita hanya akan menjadi penonton.

Mereka yang akan mengeruk keuntungan paling banyak, Bung Karno tidak mau, kata Pak Kwik Kian Gie

 Tamu-tamu LN yang silih berganti bertandang ke Istana dengan misi untuk memperoleh lampu hijau investasi pengelolaan SDAM dilayani dengan baik, namun tidak untuk mendapat persetujuan dari Bung Karno. 

Apa jasa Pak Kwk dari sekian banyak jasanya untuk Bangsa ini? Bagi saya, Berkat Pak Kwik, kita  kemudian paham pandangan Bung Karno tentang ini.

Bagaimana seharusnya  kekayaan bangsa yang terpedam dalam perut bumi nusantara dikelola secara lebih berdaya guna. 

Ada strateginya, bukan sekedar dikeruk untuk dinikmati, apalagi jika dinikmati oleh segelitir orang.  

Pak Kwik sangat piawai  menyampaikannya di Media,  termasuk   mengulasnya dalam forum-forum diskusi, dan itu yang saya peroleh, kemudian  mencoba  menuangkannya disini.   

Saya pribadi sangat bersyukur mendapat pencerahan itu lewat Pak Kwik. Maka bagi saya Pak Kwik adalah salah satu Putra terbaik Bangsa ini.  

Lalu bagaimana dengan para pemimpin dan generasi muda kita dewasa ini? Sayang sekali, hanya sebagian kecil dari kita yang menangkap pesan itu.

 Wawasan Bung Karno yang disemaikan oleh Pak Kwik, lewat tulisan dan tidakannya diabaikan oleh banyak pihak, karena  pada umumnya kita, tidak memiliki wawasan yang memadai tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Mineral. 

Generasi kita  mengabaikan  momentum, pada umumnya hanya memburu pertumbuhan ekonomi, meskipun itu sifatnya semu, ekslusif, tidak  dinikmati oleh sebagian besar rakyat Indonesia (jauh dari inklusif).

Menyelami pendagan Bung Karno lewat uraian Pak Kwik, kita menjadi paham, kenapa Bung Karno dan generasi seangkatannya, para "founding fathers" negeri ini, perumus UUD 1945, menempatkan pasal 33 yang berbunyi "Bumi dan Air dan Kekayaan Alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Selamat Jalan Pak Kwik, gagasan yang telah Engkau torehkan telah tertulis dalam tinta emas pada lembaran-lembaran perjalan panjang bangsa ini. 

Enkau adalah guru bangsa yang bukan hanya membangun dunia materi, tetapi jiwa kebangsaan, sebagaimana sebagaimana dalam bait lagu kebangsaan kita, Bangunlah Jiwanya, Bangunlah Badannya, untuk Indonesia Raya. (*)

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved