Hari Jadi Mamuju

Refleksi HUT Mamuju 2025: Membangkitkan Jiwa Manakarra Menuju Kemandirian dan Kesejatraan

Mamuju, yang akrab disebut "Bumi Manakarra," adalah tanah pusaka yang diberkahi dengan kekayaan alam dan budaya yang melimpah. 

|
Editor: Nurhadi Hasbi
Istimewa
Muhammad Yusuf Praktisi Hukum dan Pemerhati Sejarah Sulawesi Barat. (Keturunan keluarga Ponggawa Malolo). 

Beberapa poin mendesak yang harus kita taklukkan:

  1. Infrastruktur Dasar Belum Merata: Akses jalan ke wilayah terpencil masih terbatas. Listrik, air bersih, dan jaringan komunikasi belum menjangkau seluruh pelosok, menghambat pertumbuhan ekonomi dan akses pelayanan publik.
  2. Kualitas SDM yang Perlu Digenjot: Rendahnya akses pendidikan tinggi dan pelatihan vokasional menciptakan ketimpangan antara potensi daerah dan kesiapan tenaga kerja lokal. Investasi serius dalam pendidikan dan pelatihan berbasis kebutuhan daerah adalah keniscayaan.
  3. Reformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik: Keluhan terkait lambannya perizinan, birokrasi yang tidak efisien, dan kurangnya transparansi anggaran masih menjadi penghambat iklim investasi dan kepercayaan publik.
  4. Rendahnya PAD Mamuju, juga menjadi hambatan realisasi pembangunan seperti yang di kehendaki bersama.

Membangun Mamuju: Kolaborasi Antar Semua Elemen Bangsa.

Membangun Mamuju bukanlah semata tanggung jawab pemerintah, melainkan tugas kolektif seluruh elemen masyarakat.

Diperlukan kolaborasi erat antara pemerintah, masyarakat, akademisi, swasta, dan tokoh adat. 

Beberapa langkah strategis yang dapat menjadi rekomendasi, antara lain:

  • Hilirisasi produk unggulan lokal untuk meningkatkan nilai tambah.
  • Digitalisasi pelayanan publik dan penyederhanaan birokrasi demi percepatan investasi.
  • Pelatihan dan pengembangan SDM lokal melalui beasiswa dan pelatihan vokasi yang relevan.
  • Penyusunan RPJMD dan RPJP yang partisipatif, melibatkan seluruh unsur masyarakat.
  • Revitalisasi pariwisata lokal berbasis budaya dan ekowisata.
  • Membuka ruang ruang investasi yang dapat menciftakan lapangan kerja, peningkatan kesejahteraan dengan tetap memperhatikan aspek lingkungan sosial yang ada.

Mamuju Tampo Pembolongang: Filosofi Kehidupan yang Menguatkan Persatuan

Filosofi orang Mamuju, Manakarra sebagai "Tampo Pembolongang” yang mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat sebagai ikrar bersama "Mana'di siolai"  atau Amanat yang teguh di emban bersama.

Mengutip sair lagu Mamuju Pembolongan yang sarat makna:

"Kasolonganta Mamuju, Angngatan Simemangang, Pembolongang na ampana to Mamuju."

(Mari kita jaga Mamuju, tanah yang memberi kehidupan, tempat kita bersandar dan mencari nafkah.)

Lagu ini diciptakan dengan penuh penghayatan oleh. Dr. H. Suhardi Duka (SDK), meskipun dibawakan dengan suara sederhana, namun mengandung pesan moral yang kuat bagi orang Mamuju: “Pembolongan ta Mamuju  Mamuju adalah rumah bersama yang harus dijaga oleh siapa pun yang tinggal di dalamnya.

Orang Mamuju itu baik. Filosofi masyarakat Mamuju yang terbuka dan inklusif tercermin dari ungkapan:

 “Asal mangginung moko uwai radangna To Mamuju, menjari To Moko Itto” —

Siapapun yang ingin hidup dan berjuang di tanah ini, dia adalah bagian dari orang Mamuju
Ada harapan yang Menanti.

"Bakka Tuo, Marendeng, Masagena"

Halaman
1234
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

Efisiensi ala Prabowo

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved