HMI Majene Demo Stikes BBM

Alami Trauma Kekerasan, Mahasiswi STIKES BBM Majene Korban Pemukulan Aksi Demo Pulang Kampung

Baginya, kejadian ini sangat membekas, apalagi dia merasa seumur hidupnya baru kali ini ia mengalami kekerasan fisik dari seorang laki-laki.

|
Penulis: Anwar Wahab | Editor: Ilham Mulyawan
Anwar Wahab/Tribun-Sulbar.com
DEMO HMI MAJENE - Suasana aksi demontrasi HMI di depan STIKES BBM Majene, Jl Baharuddin Lopa, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene, Sulbar, berakhir ricuh, Rabu (12/3/2025). Massa HMI dan mahasiswa Stikes BBM Majene bersitegang. 

 
TRIBUN-SULBAR.COM, MAJENE - Korban kekerasan aksi demonstrasi HMI Majene yang berujung bentrok di Kampus Stikes Bina Bangsa Majene (BBM) mengalami trauma.

Ery, seorang mahasiswi yang menjadi korban kekerasan demo itu mengaku syok setelah mengalami pemukulan saat bentrokan terjadi. 

Baginya, kejadian ini sangat membekas, apalagi dia merasa seumur hidupnya baru kali ini ia mengalami kekerasan fisik dari seorang laki-laki.

"Saya pulang kampung, Kak, karena masih ada rasa trauma sampai saat ini. Seumur hidup, baru kali ini saya dipukul sama laki-laki," ungkap Ery saat dihubungi Tribun Sulbar.com via WhatsApp, Minggu (16/3/2025).

Ery menyebutkan, saat aksi demo terjadi banyak dari mereka enggan keluar ruangan, menangis histeris, hingga mengalami gangguan psikologis.

Ery menambahkan Ikatan Alumni STIKES BBM Kabupaten Majene juga sudah mendesak oknum pelaku pemukulan terhadap mahasiswa STIKES BBM, saat aksi demonstrasi HMI, Kamis 13 Maret 2025 lalu diproses secara hukum.

Menurutnya Ketua IKA STIKES BBM Majene, Muhammad Jafar, menyampaikan, sebagai ketua IKA pihaknya telah mendapatkan laporan bahwa terdapat enam orang mahasiswa STIKES BBM, yang diduga menjadi korban pemukulan oknum massa aksi HMI. 

“Ya kami sudah konsultasi juga ke IKA STIKES atas kejadian ini, olehnya itu, agar kasus dugaan pemukulan terhadap mahasiswa STIKES BBM tersebut, diproses secara profesional berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku, " ungkap Ery. 

Baca juga: Rindika Putri Korban Penipuan Laporan Ditolak Polisi Malah Ditawari Nastar, Curhat ke Damkar

Baca juga: Negara Berhemat dengan Efisiensi Anggaran Potensi Memangkas Kualitas Pendidikan

Untuk diketahui hingga saat ini, beberapa korban telah melapor ke pihak kepolisian untuk meminta keadilan atas tindakan kekerasan yang mereka alami. 

Mereka berharap kejadian serupa tidak terulang lagi dan pelaku kekerasan bisa bertanggung jawab atas perbuatannya.

Berawal dari Skorsing

Stikes Bina Bangsa Majene (BBM) angkat bicara terkait skorsing mahasiswi diketahui bernama Sri, yang menjadi penyebab demo anarkis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Majene

Ketua Stikes BBM, Yuliana, menegaskan keputusan kampus ini diambil berdasarkan pelanggaran berulang sudah tidak bisa ditoleransi.

Menurut Yuliana, Sri sebenarnya telah berkali-kali dibantu dan dibela oleh pihak kampus setiap kali melakukan kesalahan. 

Namun, setelah diberikan berbagai kesempatan, ia kembali melakukan pelanggaran yang dianggap semakin di luar batas.

Bahkan pelanggarannya dinilai telah mencoreng disiplin kampus.

Pelanggaran pertama, ia terlibat pertengkaran dengan teman sekampus hingga  melontarkan kata-kata kasar, sampai memicu orangtua korban datang.

Namun itu didamaikan oleh pihak kampus, karena tak ingin Sri dalam masalah besar. 

Akhirnya pihak kampus memberikan peringatan tertulis dan meminta Sri menandatangani surat pernyataan agar tidak mengulangi perbuatannya.

Namun, beberapa bulan kemudian, kejadian serupa kembali terulang.

Kali ini, dalam sebuah pertemuan kampus, seorang dosen yang berusaha melerai justru mendapat kata-kata tidak pantas dari Sri.

Karena pelanggaran terjadi secara berulang, pihak kampus menggelar rapat bersama para dosen dan pimpinan.

Hasilnya, diputuskan Sri dijatuhi skorsing selama satu semester sebagai konsekuensi atas tindakannya.

"Kami sudah memberi banyak kesempatan dan memaafkan berkali-kali. Tapi kalau tetap diulangi, dan kampus punya aturan yang harus ditegakkan," tegas Yuliana kepada wartawan, saat dikonfirmasi di Stikes BBM, Jumat (14/3/2025). 

Keputusan skorsing ini kemudian memicu aksi demonstrasi oleh HMI Cabang Majene di depan Stikes BBM selama dua hari berturut-turut. 

Massa aksi menilai skorsing ini tidak adil dan menuntut penjelasan dari pihak kampus.

Demonstrasi bahkan sempat memanas hingga terjadi aksi bakar ban, bentrokan, dan dugaan pengrusakan bendera HMI, semakin memperkeruh suasana. (*)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved