Tolak Tambang Pasir

Jeritan Warga Kalukku Mamuju: Kampung Kami Terancam Hilang Akibat Tambang Pasir

Dengan penuh emosi, ia bercerita tentang kekhawatirannya akan masa depan kampung halaman.

Penulis: Suandi | Editor: Nurhadi Hasbi
Suandi/Tribun-Sulbar.com
Kisman, salah satu petani demo di kantor DPRD Sulbar tuntut pencabutan izin tambang pasir di Kalukku Barat dan Desa Beru-Beru, Rabu (2/10/2024). 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU – Langit mendung tak menghalangi langkah puluhan warga Desa Kalukku Barat dan Desa Beru-Beru, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, untuk menyuarakan keresahan mereka, Rabu (2/10/2024).

Para petani dan nelayan yang biasanya sibuk di ladang dan lautan, hari itu memilih meninggalkan pekerjaan demi satu tujuan, mempertahankan kampung mereka.

Mereka berkumpul di depan kantor DPRD Sulawesi Barat, satu tuntutan utama, pencabutan izin tambang pasir yang pemerintah untuk PT Jaya Pasir Andalan.

Baca juga: BREAKING NEWS: Warga Kalukku Kepung Kantor DPRD Sulbar Tuntut Izin Tambang Pasir Dicabut

Tambang tersebut dianggap mengancam keberlangsungan hidup desa yang mereka cintai.

Kisman, seorang petani berusia 55 tahun, adalah salah satu suara lantang di tengah kerumunan.

Dengan penuh emosi, ia bercerita tentang kekhawatirannya akan masa depan kampung halaman.

"Kami turun demo karena kampung kami terancam hilang. Bukan kami yang meninggalkan kampung, tapi kampung yang akan meninggalkan. Pendapatan kami dari kelapa, pisang, hingga hasil laut, semuanya akan habis," ungkapnya.

Bagi Kisman, keputusan untuk berdemo bukanlah hal mudah.

"Saya rela tinggalkan ladang hari ini, karena mempertahankan kampung lebih penting," lanjutnya.

Baginya, tak ada tempat lain untuk mereka pergi jika kampung itu rusak akibat tambang.

Warga juga menyayangkan proses perizinan tambang yang dilakukan tanpa melibatkan masyarakat.

"Kepala desa katanya sudah menyelidiki, tapi kami masyarakat tidak tahu apa-apa. Izin keluar begitu saja," tambah Kisman, kecewa.

Aksi yang dilakukan warga Kalukku Barat dan Beru-Beru ini, menurut mereka, murni demi mempertahankan kampung, tanpa ada kepentingan politik.

"Jangan sampai aksi kami disangkutpautkan dengan pilkada. Ini murni soal kampung kami yang terancam hilang. Kami tidak ada urusan dengan politik," tegas Kisman.

Dalam beberapa bulan terakhir, perwakilan masyarakat sudah berulang kali menyampaikan protes, namun sayangnya, hingga kini tidak ada tanggapan nyata dari pemerintah maupun pihak perusahaan.

"Sudah beberapa bulan kami protes, tapi tidak ada hasilnya. Itulah sebabnya kami turun hari ini," ujar salah satu warga lainnya.

Bagi warga, tuntutannya jelas: cabut izin tambang pasir, dan berikan hak mereka untuk hidup tenang di kampung halaman yang sudah diwariskan turun-temurun. "Kami tidak minta apa-apa selain pencabutan izin itu," tutur Kisman penuh harap.

Perjuangan mereka hari itu bukan sekadar demonstrasi, melainkan jeritan hati dari orang-orang yang ingin mempertahankan tanah kelahiran, sumber kehidupan, dan masa depan yang kian terancam oleh kepentingan industri.

"Tolong kami pak, tolong, jangan terus bodoh-bodohi kami," tutupnya.(*)

Laporan Reporter Tribun Sulbar Suandi

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved