Opini

Kerukunan Untuk Keindonesiaan

Di awal kemerdekaan para pendiri bangsa sangat memahami bangsa atau negara yang sedang didirikan.

Editor: Nurhadi Hasbi
Facebook Ilham Sopu
Ilham Sopu 

Ada banyak tantangan dalam mempertahankan ideologi Pancasila, pasca dideklarasikannya sebagai ideologi bangsa, tantangan demi tantangan baik dari ideologi kiri yakni komunis maupun ideologi islamis yang ingin memperjuangkan negara Islam.

Dan di zaman reformasi dan pasca reformasi ideologi-ideologi transnasional semakin gencar menyusup untuk menggrogoti ideologi Pancasila.

Pergerakan-pergerakan dalam mengaburkan nilai-nilai Pancasila tidak pernah berhenti, itulah sebabnya dukungan terhadap Pancasila ada penurunan. Dalam penelitian lingkaran survei Indonesia (LSI Denny JA) menemukan data yang mengkhawatirkan.

Sejak tahun 2005, lalu 2010, 2015 hingga 2018, warga pro Pancasila terus menurun dari 85,2 persen menuju 75.3 persen. Selama 13 tahun terakhir, dukungan warga kepada Pancasila menurun sekitar 10 persen.

Di sisi lain, di era yang sama, pendukung NKRI bersyariah naik 9 persen, dalam rentang waktu 13 tahun.

Dengan perkembangan gerakan-gerakan yang ingin mengaburkan nilai-nilai Pancasila dengan memasifkan faham-faham ekstrim sebagai anti tesis dari Pancasila.

Dengan adanya gerakan-gerakan yang ingin menurunkan nilai-nilai Pancasila, perlu terus dikampanyekan kembali pemikiran-pemikiran para pemikir bangsa tentang Pancasila sebagai ideologi pemersatu yang nilai-nilai luhurnya sangat moderat.

Apa yang di bumikan sekarang ini oleh pemerintah lewat program-program penguatan terhadap keislaman moderat sangat membantu dalam mengembalikan paham-paham kebangsaan dan keindonesiaan untuk Indonesia yang majemuk dan pluralistik.

Program-program pemerintah yakni mengkampanyekan pemahaman Islam secara masif dan kampanye kerukunan adalah hal yang bisa mengembalikan dan mempertahankan kembali Indonesia yang majemuk dan pluralistik yang berada dalam bingkai kedamaian.

Banyak tokoh-tokoh yang terus memassifkan pemikiran moderat dan toleran, diantara pemikir cendekiawan muslim yang semasa hidupnya banyak memberikan kontribusi yang sangat besar dalam menjaga Indonesia dari bingkai majemuk dan pluralistik adalah Abdurrahman Wahid, Nurcholish Madjid, Ahmad Syafi'i Ma'arif, Dawam Rahardjo, dan banyak pemikir-pemikir sezamannya maupun sesudahnya.

Pemikiran-pemikiran tokoh era 70 an sampai tahun 2000 an, diatas perlu dikaji kembali oleh para generasi muda hari ini, pemikiran mereka sangat representatif dalam rangka untuk merefresh kembali pemikiran keislaman yang mengedepankan kemoderatan dalam memahami keislaman yang kemanusiaan, serta memperkuat toleransi demi terciptanya kerukunan.

Bumi Pambusuang, 10 Januari 2023

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved