Opini

Kerukunan Untuk Keindonesiaan

Di awal kemerdekaan para pendiri bangsa sangat memahami bangsa atau negara yang sedang didirikan.

Editor: Nurhadi Hasbi
Facebook Ilham Sopu
Ilham Sopu 

Oleh : Ilham Sopu

Tema sentral yang dipilih oleh kemenag dalam kegiatan HAB yang ke 77 adalah kerukunan umat untuk Indonesia hebat. Suatu tema yang identik dengan perjuangan keindonesiaan yang pluralistik dan majemuk.

Kerukunan suatu hal yang tidak pernah lepas dari pemikir para pendiri bangsa. Ideologi bangsa yaitu Pancasila adalah merupakan sumber atau rujukan dalam menciptakan suatu kerukunan antar pemeluk agama, budaya, suku, yang ada di Indonesia.

Betapa besar jasa para pendiri negeri in, Ir Soekarno dan kawan-kawan seperjuangannya yang telah meletakkan dasar bernegara dan berbangsa di negeri yang majemuk.

Di awal kemerdekaan para pendiri bangsa sangat memahami bangsa atau negara yang sedang didirikan.

Sebelum bangsa Indonesia dideklarasikan, wilayah Nusantara adalah wilayah yang sangat majemuk dari berbagai suku, budaya, agama, kepercayaan, berbagai kerajaan, baik Hindu, Budha, dan Islam, masing-masing berjalan rukun dan damai.

Banyak peninggalan kerajaan atau agama yang tetap terpelihara dengan baik. Islam sebagai agama terakhir masuk ke Indonesia sangat familier dan akomodatif,terbuka, dan toleransi terhadap agama yang sudah berkembang sebelumnya maupun budaya-budaya lokal yang terdapat di wilayah Nusantara.

Betapa Nusantara ini sangat kaya dalam berbagai perspektif, kemajemukan Indonesia adalah keuntungan yang sangat besar bilamana kita mampu mempertahankannya, sekaligus kemajemukan akan rentang dari berbagai persoalan perpecahan.

Kita sangat beruntung karena para pendiri bangsa punya pemahaman yang luas dan mendalam tentang kondisi kebangsaan yang majemuk dan plural, sehingga mereka merumuskan dasar negara sesuai dengan kondisi kebangsaan yang pluralistik.

Pemikiran para tokoh bangsa sangat memahami latar belakang, budaya, sosial, agama, etnis, yang ada di Nusantara ini, pandangan yang holistik dari para tokoh bangsa.

Awalnya ada perdebatan kecil tentang dasar negara Pancasila yang sila pertama, berupa tujuh kata dihilangkan oleh para tokoh elit bangsa karena pertimbangan kemajemukan bangsa, betapa para tokoh bangsa punya toleransi yang sangat tinggi, toleransi inilah yang mendasari kuatnya kerukunan diantara sesama warga bangsa dengan berbagai perbedaan latar belakang diantara mereka.

Eksistensi Pancasila yang menjadi kesepakatan bersama adalah pemikiran yang sangat maju demi bertahannya negara atau bangsa yang baru mereka proklamirkan.

Pancasila adalah semacam "kalimatun sawa" atau "titik temu",diantara para elit bangsa. Tidak ada yang mencoba mempertentangkan eksistensi Pancasila sebagai dasar negara, semua tokoh perumus bangsa sepakat dengan ideologi Pancasila.

Warisan dari para tokoh perumus ideologi bangsa yakni Pancasila sebagai simbol pemersatu dan sumber kerukunan antar umat beragama perlu dijaga eksistensinya oleh para generasi penerus bangsa.

Penggalian nilai-nilai Pancasila perlu terus di sosialisasikan kepada generasi penerus yang akan melanjutkan warisan kebangsaan kedepan.

Ada banyak tantangan dalam mempertahankan ideologi Pancasila, pasca dideklarasikannya sebagai ideologi bangsa, tantangan demi tantangan baik dari ideologi kiri yakni komunis maupun ideologi islamis yang ingin memperjuangkan negara Islam.

Dan di zaman reformasi dan pasca reformasi ideologi-ideologi transnasional semakin gencar menyusup untuk menggrogoti ideologi Pancasila.

Pergerakan-pergerakan dalam mengaburkan nilai-nilai Pancasila tidak pernah berhenti, itulah sebabnya dukungan terhadap Pancasila ada penurunan. Dalam penelitian lingkaran survei Indonesia (LSI Denny JA) menemukan data yang mengkhawatirkan.

Sejak tahun 2005, lalu 2010, 2015 hingga 2018, warga pro Pancasila terus menurun dari 85,2 persen menuju 75.3 persen. Selama 13 tahun terakhir, dukungan warga kepada Pancasila menurun sekitar 10 persen.

Di sisi lain, di era yang sama, pendukung NKRI bersyariah naik 9 persen, dalam rentang waktu 13 tahun.

Dengan perkembangan gerakan-gerakan yang ingin mengaburkan nilai-nilai Pancasila dengan memasifkan faham-faham ekstrim sebagai anti tesis dari Pancasila.

Dengan adanya gerakan-gerakan yang ingin menurunkan nilai-nilai Pancasila, perlu terus dikampanyekan kembali pemikiran-pemikiran para pemikir bangsa tentang Pancasila sebagai ideologi pemersatu yang nilai-nilai luhurnya sangat moderat.

Apa yang di bumikan sekarang ini oleh pemerintah lewat program-program penguatan terhadap keislaman moderat sangat membantu dalam mengembalikan paham-paham kebangsaan dan keindonesiaan untuk Indonesia yang majemuk dan pluralistik.

Program-program pemerintah yakni mengkampanyekan pemahaman Islam secara masif dan kampanye kerukunan adalah hal yang bisa mengembalikan dan mempertahankan kembali Indonesia yang majemuk dan pluralistik yang berada dalam bingkai kedamaian.

Banyak tokoh-tokoh yang terus memassifkan pemikiran moderat dan toleran, diantara pemikir cendekiawan muslim yang semasa hidupnya banyak memberikan kontribusi yang sangat besar dalam menjaga Indonesia dari bingkai majemuk dan pluralistik adalah Abdurrahman Wahid, Nurcholish Madjid, Ahmad Syafi'i Ma'arif, Dawam Rahardjo, dan banyak pemikir-pemikir sezamannya maupun sesudahnya.

Pemikiran-pemikiran tokoh era 70 an sampai tahun 2000 an, diatas perlu dikaji kembali oleh para generasi muda hari ini, pemikiran mereka sangat representatif dalam rangka untuk merefresh kembali pemikiran keislaman yang mengedepankan kemoderatan dalam memahami keislaman yang kemanusiaan, serta memperkuat toleransi demi terciptanya kerukunan.

Bumi Pambusuang, 10 Januari 2023

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved