Bapperida Sulbar
Bapperida Sulbar Dorong Pengelolaan SDA Berkelanjutan Lewat Skema Perdagangan Karbon
Program REDD+ Sulbar ini ditargetkan berlangsung selama 36 bulan, sejak September 2024 hingga Agustus 2027.
TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU – Kepala Bapperida Provinsi Sulawesi Barat, Junda Maulana, menegaskan pentingnya pengelolaan sumber daya alam (SDA) secara kolaboratif dan berkelanjutan sebagai solusi menghadapi kompleksitas pembangunan di tengah keterbatasan fiskal daerah.
Hal itu disampaikannya saat membuka Pertemuan Rutin Kelompok Kerja (Pokja) REDD+ Sulawesi Barat yang digelar di Ruang Rapat Bapperida, Senin (20/10/2025).
Baca juga: Bapperida Sulbar Dorong Integrasi Kebijakan Pangan dan Gizi Berbasis Potensi Lokal
Baca juga: INILAH Pistol Jenis Revolver Digunakan Pelaku Tembak Warga Polman Hingga Tewas
Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari penyaluran dana Result Based Payment (RBP) REDD+ Green Climate Fund Output 2 melalui Yayasan Sulawesi Cipta Forum (SCF).
“Sulbar harus mampu mengelola seluruh potensi yang dimiliki, termasuk hutan lindung yang mendominasi wilayah kita, sebagai modal pembangunan yang berkelanjutan,” ujar Junda Maulana, yang juga menjabat sebagai Ketua Pokja REDD+.
Ia menekankan, skema perdagangan karbon dapat menjadi salah satu terobosan fiskal bagi daerah, terutama di tengah keterbatasan anggaran untuk pembangunan infrastruktur, sosial, dan ekonomi.
Menurutnya, potensi kawasan hutan Sulbar yang luas dapat dioptimalkan tidak hanya sebagai penyerap emisi karbon, tetapi juga sebagai sumber pendapatan daerah berbasis lingkungan.
Pertemuan Pokja ini merupakan bagian dari program “Kolaborasi Para Pihak untuk Optimalisasi Hutan dan Lahan yang Berkontribusi terhadap Penurunan Emisi dan Peningkatan Penghidupan Berkelanjutan di Sulawesi Barat.”
Program tersebut dilaksanakan berdasarkan perjanjian penyaluran dana RBP REDD+ periode 2024–2027 antara Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH) dan SCF sebagai lembaga perantara.
Junda Maulana juga mengungkapkan audiensi bersama SCF dan Gubernur Sulbar, Suhardi Duka, telah dilakukan untuk membahas peluang implementasi perdagangan karbon di tingkat daerah.
“Kami mendorong Tim Pokja bersama SCF untuk segera menyusun proposal pendanaan dan skema pembiayaan berbasis karbon, lalu mempresentasikannya kepada Bapak Gubernur. Bapperida akan terus mengawal dan mendukung penuh inisiatif ini,” tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Program Manager SCF, Abdul Syukur Ahmad, memaparkan laporan realisasi dana dan progres pelaksanaan program hingga September 2025.
Dari total dana sebesar Rp12,68 miliar, sebanyak Rp5,9 miliar telah diterima, dan Rp3,95 miliar di antaranya sudah terealisasi.
Dari 28 aktivitas program, 9 telah selesai, 8 masih berjalan, dan 11 lainnya belum dimulai.
Program REDD+ Sulbar ini ditargetkan berlangsung selama 36 bulan, sejak September 2024 hingga Agustus 2027.
Program ini diharapkan mampu memperkuat kontribusi daerah terhadap penurunan emisi karbon nasional, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan hutan.(*)
| Bapperida Sulbar Dorong Integrasi Kebijakan Pangan dan Gizi Berbasis Potensi Lokal |
|
|---|
| Tekanan Fiskal,Bapperida Ajak Pokja Susun Proposal Pendanaan Karbon, Manfaatkan Hutan Sulbar |
|
|---|
| Bapperida Sulbar Tancap Gas Percepat Penginputan IPKD 2024, Dokumen Wajib Kumpul Besok |
|
|---|
| Bapperida Sulbar Ikut Bahas Dampak Strategis Perubahan PP Minerba: Koperasi Peluang Kelola Tambang |
|
|---|
| Bapperida Sulbar Ikut Finalisasi Penilaian Kinerja Stunting Kabupaten Pastikan Evaluasi Objektif |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/sulbar/foto/bank/originals/Pertemuan-Rutin-Kelompok-Kerja-Pokja-REDD-Sulawesi-Barat-yang-digelar-di-Ruang-Rapat-Bapperida.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.