Polman

100 Emak-emak Penenun Tampil Serentak Meriahkan Acara Banua Kayyeang di Polman

Menenun benang menjadi kain bahan dasar sarung dengan menggunakan alat tradisional.

Penulis: Fahrun Ramli | Editor: Abd Rahman
FAHRUN RAMLI
MENENUN -Sebanyak 100 penenun tradisional tampil serentak di hari ke tiga acara Banua Kaeyyang di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar), Jumat (25/7/2025). Tujuannya untuk memperkenalkan dan mewariskan budaya menenun kepada generasi masa kini. Dok Aidil. 

TRIBUN-SULBAR.CON, POLMAN- Sebanyak 100 penenun tradisional tampil serentak di hari ke tiga acara Banua Kaeyyang di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar), Jumat (25/7/2025).

Tujuannya memperkenalkan dan mewariskan budaya menenun kepada generasi masa kini.

Para penenun ini merupakan emak-emak kompak seragam adat Mandar, perlihatkan keahliannya.

Baca juga: Profil Mike Rajasa, Kiper Keturunan Mamasa-Belanda Perkuat Timnas U-17 di Piala Dunia

Baca juga: Ratusan Warga Serbu GPM Pasangkayu, Beras hingga Minyakita Dijual Murah

Menenun benang menjadi kain bahan dasar sarung dengan menggunakan alat tradisional.

Banua Kaeyyang Multicultural Attraction berlangsung di Lapangan Gas Pambusuang, Desa Bala, Kecamatan Balanipa.

Kegiatan ini diselenggarakan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVIII.

Menghadirkan 100 penenun serentak mempraktekkan proses menenun menggunakan alat tradisional.

Kegiatan pelestarian budaya ini juga dimeriahkan pertunjukkan teater menceritakan kegiatan warga di masa lampau.

Ada juga penampilan puluhan gadis cantik dalam balutan busana adat yang menari kolosal serta atraksi 30 kuda menari atau saeyyang pattudu.

"Dalam kegiatan ini kita mencoba mengangkat objek-objek kebudayan yang ada di masa silam hingga saat ini, contohnya kita mencoba menghadirkan 100 penenun sebagai bentuk pelestarian dan pewarisan kebudayaan pada generasi muda," kata panitia kegiatan, Adil Tambono kepada wartawan.

Menurutnya kegiatan ini penting untuk dilaksanakan, sebab, dari tahun ke tahun budaya menenun terancam mengalami kepunahan.

Dia berharap kegiatan ini bisa menjadi pemantik khususnya bagi pemerintah untuk terus mendukung upaya pelestarian budaya menenun di daerah ini.

Adil mengaku mencoba menghadirkan semua unsur budaya tenun yang ada di Sulbar.

Mulai dari tenun Sa’be Mandar yang umumnya ada di Kabupaten Polman, tenun Sekomandi dari Kabupaten Mamuju serta tenun Sambu Mamasa.

“Karena kita ketahui bersama bahwa penenun di Polman ini dari tahun ke tahun, dari masa ke masa sudah hampir mengalami kepunahan, karena generasi kita saat ini sangat jarang yang mau belajar menenun," ungkapnya.

Adil menambahkan bahwa pemilihan nama Banua Kaeyyang dalam kegiatan ini merujuk pada empat wilayah besar yang menjadi cikal bakal berdirinya kerajaan Balanipa.(*)

Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Fahrun Ramli 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved