Tambang Pasir

Masyarakat Karossa Mateng Minta Hasil Evaluasi dan Kajian Dampak Lingkungan Tambang Pasir Meresahkan

Dukungan sebagian masyarakat terhadap tambang itu karena dinilai akan mendukung potensi ekonomi, apabila hasil evaluasi dan kajian dinyatakan bahwa ta

Penulis: Sandi Anugrah | Editor: Munawwarah Ahmad
istemewa
PENOLAKAN TAMBANG - Warga Desa Karossa, Kecamatan Karossa, Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng), Sulawesi Barat (Sulbar), geruduk kapal sedot tambang pasir di perairan Karossa, Sabtu (28/12/2024). Dukungan sebagian masyarakat terhadap tambang itu karena dinilai akan mendukung potensi ekonomi, apabila hasil evaluasi dan kajian dinyatakan bahwa tambang itu aman. 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU TENGAH – Keberadaan perusahaan tambang milik PT Alam Sumber Rezeki menjadi kegelisahan sebagian warga di Kecamatan Karossa, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat (Sulbar).

Sebagian dari masyarakat menolak dan sebagian pula menerima keberadaan tambang tersebut. Hal itu membuat adanya dua kubu pendapat.

Baca juga: Jelang Lebaran, Warga Topoyo Mamuju Tengah Ramai-ramai Tebus Emas di Pegadaian 

Baca juga: Tukang Reparasi Kursi di Polman Banjir Orderan Jelang Lebaran, Omsetnya Segini

Dukungan sebagian masyarakat terhadap tambang itu karena dinilai akan mendukung potensi ekonomi, apabila hasil evaluasi dan kajian dinyatakan bahwa tambang itu aman.

Salah seorang nelayan Arif mengaku, bahwa warga setempat secara terbuka dan menerima karena itu akan membuka lapangan kerja.

Namun, perusahaan itu harus berjalan sesuai dengan prosedur hukum dan aturan-aturan yang berlaku.

“Kami terbuka terhadap peluang kerja tambahan dan peningkatan pendapatan jika pertambangan ini dijalankan dengan prosedur yang benar," kata Arif dalam keterangannya diterima Kamis (20/3/2025).

"Namun, kami harus melihat hasil evaluasi obyektif, laut kita adalah sumber kehidupan, jika tercemar, maka segala manfaat akan sia-sia," tambahnya.

Warga lainya Budi juga mengkhawatirkan, jika nanti perusahaan ini tidak diawasi dengan baik, akan mengancam air irigasi dan membuat ladang atau tanah menjadi tercemar.

"Saya khawatir jika kegiatan pertambangan ini tidak diawasi secara ketat, air irigasi dan tanah kami bisa tercemar. Kami tidak ingin melihat kerusakan lingkungan yang berujung pada hilangnya mata pencaharian yang telah turun-temurun,” ujarnya.

Selain itu Ibu Rumah Tangga (IRT) Siti menyatakan, soal tambang itu banyak informasi yang beredar belum jelas atau terverifikasi, sehingga ia meminta agar tetap menahan diri dan menunggu hasil kajian soal tambang tersebut.

"Kita harus mengutamakan dampak lingkungan, kesehatan kita dan juga anak-anak kita tentunya," ujarnya.

Sementara itu tokoh masyarakat Joko menuturkan, evaluasi yang transparan adalah kuncinya, jika nanti hasil kajian tambang itu tidak berdampak pada ekosistem lingkungan maka itu harus didukung.

"Evaluasi yang transparan adalah kunci. Jika hasil kajian menyatakan bahwa operasional tambang tidak akan mengganggu ekosistem, maka saya mendukung. Namun, jika ada indikasi kerusakan, saya yakin kita semua akan sepakat untuk menolak,” terangnya.

Sisi lain Yanto warga setempat, juga mendukung pertambangan karena dinilai akan membuka lapangan kerja. 

Namun ia tak menampik, bahwa resiko tambang itu akan berdampak buruk jika secara kajian dan penelitian tidak sesuai dengan prosedur.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved