Dampak El Nino
Petani di Polman Terpaksa Gantian Pakai Pompa Air untuk Airi Lahan Sawah yang Kekeringan
petani di kelompoknya menyampaikan permintaan bantuan berupa tambahan mesin pompa air karena banyak lahan yang harus dialiri air
Penulis: Fahrun Ramli | Editor: Ilham Mulyawan
TRIBUN-SULBAR.COM, POLMAN - Para petani di Desa Indomakkombong Kecamatan Matakali, Kabupaten Polewali Mandar (Polman) menjerit akibat kekeringan di lahan mereka selama sebulan.
Kekeringan terjadi akibat El Nino, hingga terjadi kemarau berkepanjangan.
Efeknya, lahan pertanian kering, membuat petani terancam gagal panen.
Baca juga: Sulbar Akan Berlakukan Siaga Darurat Bencana Kekeringan Kebakaran Hutan dan Lahan hingga Maret 2024
Baca juga: Dampak El Nino, Sawah Kekeringan Kini Harga Bahan Cabai dan Tomat Naik di Mamuju
Untuk mengatasinya, petani kini menggunakan mesin pompa untuk menghisap air dari irigasi dialihkan ke sawah.
"Sekarang ini hanya satu pompa air yang kita gunakan untuk menyelamatkan 60 hektar sawah," ujar ketua kelompok Tani Dua Indomakkombong Agustan kepada wartawan, Selasa (22/8/2023).
Ia mengatakan beberapa petani di kelompoknya menyampaikan permintaan bantuan berupa tambahan mesin pompa air.
Lantaran satu mesin pompa air hanya mampu mengairi beberapa hektar sawah saja.
Sementara ada puluhan hektare sawah yang saat ini butuh air demi menyelamatkan tanaman padi.
"Kalau hanya satu mesin tidak cukup, kasian para petani lainnya terancam gagal panen, untuk itu kami berharap adanya bantuan," lanjutnya.
Dikatakan mesin pompa air itu terus menyala selama 24 jam untuk mengairi sawah.
Para petani harus bergiliran dan sering untuk memindahkan mesin pompa air ke sawah yang hendak dialiri.
Agustan mengatakan kekeringan yang terjadi sudah berlangsung sejak Juni 2023 lalu.
Padi yang sudah berumur satu bulan itu mulai berubah warna nampak kekuningan, persawahan retak-retak.
"Sejak bulan Juni ini sudah tidak dialiri, lantaran air di irigasi sudah tidak cukup lagi, sudah dua bulan juga tidak perna hujan," ujarnya.
Ia mengatakan kekeringan ini berdampak kepada gagal panen lantaran padi mulai mati.
Disebutkan umur padi sekitar 40 hari sudah ditanam tetapi belum pernah dialiri air.
Agustan menyebut modal untuk menanam padi dalam satu hektar mencapai kurang lebih Rp 3 juta.
Mulai dari biaya traktor, biaya tanam, atau seluruh pengelolaan pada saat menanam atau turun sawah.
"Sementara ini ada 60 hektare yang terancam gagal panen, puluhan juta kerugian ini pak," lanjutnya.
Agustan mengatakan selama ini warga memanfaatkan irigasi air dari bendungan Sekka-Sekka di Kecamatan Mapilli.
Jarak antaran Kecamatan Mapilli dan Matakali pun cukup jauh hingga aliran air tidak mencukupi.(*)
Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Fahrun Ramli
Warga Segerang Polman Kekeringan Gali Sumber Mata Air di Pinggir Sungai |
![]() |
---|
Pj Gubernur Sulbar Keluarkan Perintah Siaga Darurat Kebakaran Hutan hingga 31 Maret 2024 |
![]() |
---|
Kemarau, UPTD Air Bersih Mamuju Tengah Minta Warga Mateng Irit Pakai Air |
![]() |
---|
Dampak El Nino, Sawah Kekeringan Kini Harga Bahan Cabai dan Tomat Naik di Mamuju |
![]() |
---|
Petani Milenial di Mamuju Akan Beralih Tanam Semangka Akibat Dampak El Nino |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.