Harga Beras

Pedagang Beras Menjerit Soal HET Beras Rp14.900 Per Kg, Tapi Modal Rp13.500, Untung Tak Seberapa

Pedagang beras di Kabupaten Pasangkayu mengeluhkan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang dinilai terlalu rendah

Penulis: Taufan | Editor: Abd Rahman
Taufan
HET BERAS-Tumpukan beras di tok pedagang beras di Kelurahan Pasangkayu, Kecamatan Pasangkayu. Pedagang beras di Pasangkayu keluhkan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang dinilai terlalu rendah dan menyulitkan pedagang dalam mendapatkan keuntungan. 
Ringkasan Berita:
  • Pedagang beras di Kabupaten Pasangkayu mengeluhkan Harga Eceran Tertinggi (HET)
  • Pedagang bernama Andi mengeluh karena merasa dirugikan karena harga beras terlalu murah ditetapkan pemerintah
  • Andi menyebutkan, memang terdapat beras dari wilayah Sulawesi Tengah yang harganya lebih murah, namun kualitasnya tidak sesuai keinginan konsumen.

 

TRIBUN-SULBAR.COM,PASANGKAYU-Pedagang beras di Kabupaten Pasangkayu mengeluhkan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang dinilai terlalu rendah dan menyulitkan pedagang dalam mendapatkan keuntungan.

Salah satu pedagang, Andi, ditemui di tokonya di Kelurahan Pasangkayu, Kecamatan Pasangkayu, Selasa (11/11/2025), mengaku sangat dirugikan dengan penerapan HET beras yang berlaku saat ini.

Ia menyebutkan, beberapa waktu lalu Dinas Koperindag Pasangkayu melakukan inspeksi mendadak (sidak), dan memberikan teguran kepada pedagang yang menjual beras di atas HET.

Baca juga: Emak-emak Serbu Pasar Murah di Pasangkayu, Beras dan Minyak Paling Diminati

Baca juga: Gegara Lampu Kena Atap Seng, Lansia Keseterum Listrik hingga Tewas di Kamar Mandi Rumahnya

“HET beras premium itu Rp14.900 per kilogram dan medium Rp13.500 per kilogram. Sementara saya ambil beras dari Sidrap dan Polman itu harganya sudah Rp13.500 per kilogram,” keluh Andi.

Menurutnya, keuntungan yang didapat sangat kecil setelah dihitung dengan modal dan ongkos transportasi.

“Untungnya tidak seberapa. Kalau dihitung dengan modal serta ongkos mobil, mending tidak usah jual beras. Untungnya saya punya mobil sendiri, kalau harus sewa mobil, lebih baik tidak usah,” tambahnya.

Andi menyebutkan, memang terdapat beras dari wilayah Sulawesi Tengah yang harganya lebih murah, namun kualitasnya tidak sesuai keinginan konsumen.

“Pasti warga juga tidak mau beli. Jadi mending beli yang kualitas bagus meskipun harganya mahal,” ucapnya.

Meski merasa tertekan dengan harga yang berjalan, Andi mengaku tetap mengikuti aturan pemerintah dengan menerapkan harga sesuai HET.

“Tapi mau tidak mau, saya tetap ikuti harga HET meski hanya untung sedikit saja,” ujarnya.

Dirinya berharap pemerintah dapat mempertimbangkan kembali penerapan HET, khususnya bagi pedagang kecil yang mengambil barang langsung dari luar daerah.

“Mudah-mudahan harga beras bisa lebih turun lagi ke depannya,” pungkasnya.(*)

Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com Taufan

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved