Setahun Prabowo Gibran

Catatan Satu Tahun Pemerintahan Prabowo

Pertumbuhan ekonomi harus digerakkan dari dalam sistem perekonomian nasional.

Editor: Nurhadi Hasbi
Istimewa
Muhammad Syarkawi Rauf (Dosen FEB Unhas/ Ketua KPPU RI 2015 – 2018) 

Intinya, pertumbuhan ekonomi tinggi dalam jangka panjang tidak mungkin bergantung pada rasio antara tabungan dengan output dibagi dengan rasio antara peningkatan akumulasi barang modal dengan perubahan output. Output nasional diukur menggunakan Gross Domestic Product (GDP).

Singkatnya, hanya ada satu jalan bagi perekonomian nasional untuk naik status dari negara berpendapatan menengah menjadi negara maju berpendapatan tinggi, lebih dari 12.500 dolar Amerika Serikat (AS) per kapita per tahun, selain berinvestasi pada kegiatan R&D, inovasi dan pengembangan SDM.

Dalam upaya mencapai pertumbuhan ekonomi 8,0 persen pada tahun 2029, sesuai visi presiden Prabowo dapat dilakukan melalui tiga langkah, yaitu: pertama, meningkatkan pengeluaran R&D secara bertahap, baik oleh pemerintah maupun sektor swasta, dari hanya 0,42 persen dari GDP tahun 2024 menjadi minimal 2,0 persen terhadap GDP dalam lima tahun ke depan. 

Pemerintah Prabowo perlu belajar pada negara-negara yang telah mencapai status sebagai negara maju karena ditopang oleh anggaran R&D sebagai persentase terhadap GDP mencapai lebih dari 2,0 persen. Dimana, Jepang 3,3 persen, Korea 4,93 persen, Jerman sekitar 3,14 persen, dan AS sekitar 3,46 persen tahun 2021. 

Sementara negara yang hingga saat ini masih berstatus sebagai middle income (negara berpendapatan menengah) memiliki pengeluaran R&D sebagai persentase terhadap GDP hanya 0,43 persen untuk Vietnam tahun 2021, 0,60 persen untuk Afrika Selatan tahun 2020, 0,65 persen untuk India tahun 2020, dan 0,94 persen untuk Rusia tahun 2022.

Baca juga: Premi Risiko dan Nilai Tukar Rupiah

Kedua, melipatgandaklan investasi pengembangan SDM. Salah satu yang dapat dilakukan adalah pengembangan sekolah-sekolah unggulan di berbagai daerah. Tujuannya adalah melahirkan tenaga kerja berpengetahuan tinggi dan terampil.

Ketersediaan tenaga kerja profesional, SDM berpengetahun tinggi dan terampil, akan menjadi basis pertumbuhan jumlah kelas menengah nasional. Tenaga kerja profesional menjadi ujung tombak dalam menyerap dan sekaligus mengembangkan teknologi tinggi dari negara maju.

Ketiga, membangun ekosistem inovasi nasional. Hal ini dapat dilakukan dengan membangun keterkaitan antara sektor pendidikan, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Membangun linkage antara perguruan tinggi dengan sektor menufaktur national champion (andalan) di pasar ekspor.

Agenda-agenda tersebut di atas, dalam jangka menengah dan panjang akan menjamin terjadinya konvergensi dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan penguasaan tekonologi manufaktur terbaru.

Akhir kata, ketersediaan SDM, kapasistas penguasaan teknologi serta Sumber Daya Alam (SDA), dalam hal ini critical mineral (mineral kritis) atau rare earth (tanah jarang) di Indonesia dapat menjadi modal untuk membangun industri manufaktur yang kompetitif di pasar global.(*)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved