Investor Daily Summit 2025

Ekonom UNUSIA Tekan Keberpihakan dan Ekonomi Kerakyatan Pada Investor Daily Summit 2025

Forum tersebut menjadi ajang pembelajaran penting untuk memahami arah kebijakan ekonomi nasional dan global. 

Editor: Nurhadi Hasbi
Istimewa
Dr. Muhammad Aras Prabowo, S.E., M.Ak., dosen dan Ekonom FEB UNUSIA 

TRIBUN-SULBAR.COM - Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) kembali menunjukkan komitmen akademiknya dalam mengkaji arah baru perekonomian nasional melalui partisipasi aktif dalam Investor Daily Summit 2025 bertema “New Economic Order.”

Kegiatan bergengsi yang digelar oleh B-Universe (BeritaSatu Media Holdings) ini berlangsung di Assembly Hall, Jakarta International Convention Center (JCC), menghadirkan tokoh-tokoh nasional, akademisi, dan praktisi ekonomi dari berbagai sektor.

Sebanyak 60 mahasiswa FEB UNUSIA mengikuti kegiatan ini dengan antusias.

Forum tersebut menjadi ajang pembelajaran penting untuk memahami arah kebijakan ekonomi nasional dan global. 

Keterlibatan mahasiswa UNUSIA bukan yang pertama, melainkan bagian dari kolaborasi berkelanjutan FEB UNUSIA dan B-Universe dalam memperkuat literasi ekonomi strategis di kalangan akademisi muda.

Dr. Muhammad Aras Prabowo, S.E., M.Ak., dosen dan Ekonom FEB UNUSIA, menyampaikan pandangan kritis terhadap berbagai fenomena ekonomi aktual.

“Perekonomian kita masih menghadapi persoalan keberpihakan. Ekonomi kerakyatan sering kali hanya menjadi jargon politik, padahal hakikatnya adalah memastikan bahwa kebijakan ekonomi berpihak pada petani, nelayan, dan pelaku usaha kecil,” ujar Aras.

“Sumber daya maritim dan agraria yang seharusnya menjadi pengurus utama ekonomi nasional justru sering diarahkan untuk kepentingan pasar internasional. Ini menunjukkan bahwa orientasi ekonomi kita masih berbasis ekspor bahan mentah, bukan penguatan nilai tambah di dalam negeri,” tambahnya.

Dr. Aras juga menyoroti sektor ekonomi pangan sebagai titik strategis kemandirian nasional.

“Krisis pangan global menuntut Indonesia memperkuat sistem produksi dan distribusi domestik. Ekonomi pangan seharusnya tidak diserahkan sepenuhnya pada mekanisme pasar, tetapi dikelola dengan prinsip kedaulatan dan keberlanjutan,” jelasnya.

Dalam konteks kontrol impor, ia menegaskan perlunya perbaikan pengawasan di sektor bea cukai.

“Impor yang tidak terkendali berpotensi menghancurkan produksi dalam negeri. Bea cukai harus menjadi garda depan dalam melindungi industri lokal, bukan sekadar pintu administrasi perdagangan,” tegas Aras Prabowo.

Ia menilai, arah new economic order seharusnya tidak hanya berfokus pada efisiensi dan investasi asing, tetapi juga pada kemandirian ekonomi berbasis nilai-nilai keadilan sosial dan keberlanjutan ekologis.

Sementara itu, Asyiroh Fajriyah, M.E., Ketua Program Studi Ekonomi Syariah FEB UNUSIA, menegaskan bahwa forum seperti Investor Daily Summit menjadi ruang penting bagi mahasiswa untuk memahami arah ekonomi nasional secara holistik.

“Investor Daily Summit menjadi ruang belajar yang menantang. Mahasiswa tidak hanya melihat bagaimana kebijakan ekonomi dibentuk, tetapi juga bagaimana nilai-nilai keadilan dan etika ekonomi Islam dapat memberi warna baru dalam sistem ekonomi nasional yang berkeadilan. Potensi ekonomi syariah sangat besar untuk menopang tatanan ekonomi baru yang lebih etis, transparan, dan inklusif. Sektor halal, keuangan syariah, serta koperasi berbasis nilai Islam dapat menjadi penggerak utama ekonomi rakyat di masa depan,” ungkapnya.

Partisipasi mahasiswa FEB UNUSIA dalam kegiatan ini memperlihatkan sinergi nyata antara kampus, dunia usaha, dan pembuat kebijakan dalam mewujudkan sistem ekonomi baru yang berpihak pada rakyat dan berakar pada nilai-nilai kemanusiaan serta moralitas publik.(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved