Kemenkum Sulawesi Barat

Kanwil Kemenkum Sulbar Peringati Maulid Nabi: Usung Semangat Persaudaraan, Toleransi, dan Kepedulian

Sunu Tedy dalam sambutannya mengatakan, meneladani Nabi Muhammad SAW mencakup seluruh dimensi kehidupan.

Editor: Nurhadi Hasbi
Humas Kemenkum Sulbar
MAULID NABI - Kepala Kantor Wilayah Kemenkum Sulbar, Sunu Tedy Maranto sambutan pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H di di Aula Pengayoman, Kantor Wilayah, Mamuju, Sulbar, Kamis (18/9/2025). 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU – Kantor Wilayah Kementerian Hukum (Kemenkum) Sulawesi Barat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H/2025 M, di Aula Pengayoman Kanwil Kemenkum, Jl Abd Malik Pattana Endeng, Kelurahan Rangas, Kecamatan Simboro, Mamuju, Kamis (18/9/2025).

Kegiatan tersebut dihadiri oleh Kepala Kantor Wilayah Kemenkum Sulbar, Sunu Tedy Maranto para Kepala Divisi, pejabat dari Ditjen Pemasyarakatan dan Ditjen Imigrasi, serta jajaran lainnya.

Hikmah Maulid disampaikan oleh Ustaz Samsul Alam Arsyad.

Baca juga: Kemenkum Sulbar Ikut Webinar, Bahas Penguatan Verifikasi Pemilik Manfaat Korporasi

Baca juga: Kemenkum Sulbar Fasilitasi Pembentukan Perbup Mamuju Tentang Rumah Susun

Peringatan Maulid tahun ini mengusung tema: “Meneladani Nabi Muhammad SAW dalam Semangat Persaudaraan, Toleransi, dan Kepedulian.”

Sunu Tedy dalam sambutannya mengatakan, meneladani Nabi Muhammad SAW mencakup seluruh dimensi kehidupan.

"Bukan hanya menyentuh dimensi keakhiratan, tetapi juga menyentuh dimensi duniawi yang sangat erat kaitannya dengan interaksi sosial sehari-hari," ujarnya.

Sunu Tedy menilai, keluhuran akhlak Rasulullah patut menjadi teladan umat Islam, seperti kesabaran, kasih sayang terhadap keluarga dan umatnya, kemurahan hati, kedermawanan, dan kerendahan hati.

Menurutnya, meneladani sifat-sifat Nabi Muhammad SAW memang tidak mudah, namun harus terus diupayakan secara maksimal dalam kehidupan sehari-hari, tanpa terlalu berfokus pada hasil akhir.

Lebih lanjut, Sunu juga menyinggung pentingnya hubungan harmonis antara ulama dan umara dalam menjaga stabilitas negara.

"Menyikapi situasi negara Indonesia beberapa waktu terakhir, diperlukan kesadaran masyarakat dan keterlibatan ulama agar suasana kembali damai dan sejuk. Hubungan antara ulama dan umara tidak bisa dipisahkan," tegasnya.

Ia mengingatkan agar para pemimpin, dalam menyampaikan informasi, kebijakan, dan kebenaran, selalu menggunakan cara yang baik, pilihan kata yang tepat, dan menghindari timbulnya pro dan kontra di tengah masyarakat.

"Jangan sampai menimbulkan kegaduhan dan kontroversi. Tegas boleh, tapi tetap harus menebarkan kedamaian dan kesantunan. Harus ada jalinan yang baik antara umara dan ulama," sambungnya.

Ia juga mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terus mengembangkan sikap toleransi demi terciptanya harmoni, kerukunan, serta stabilitas sosial.

Selain itu, penting juga menumbuhkan sikap peduli, baik secara sosial maupun lingkungan yang disertai empati, saling mengasihi, dan menjauhi sikap pamer, sombong, serta gaya hidup mewah yang bisa memicu gejolak sosial.

"Termasuk bijak dan berhati-hati dalam bermedia sosial," tutupnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved