Demo Honorer Mamuju

Perjuangan Mengharukan, Honorer 18 Tahun Bawa Bayinya ke DPRD Mamuju Demi Harapan PPPK Paruh Waktu

Pengabdian panjangnya dimulai sejak tahun 2007 di RSUD Mamuju, sebelum akhirnya pindah ke Puskesmas Bambu pada 2021.

Penulis: Suandi | Editor: Abd Rahman
SUANDI
HONORER DEMO- Pemandangan mengharukan terlihat di Gedung DPRD Mamuju, Senin (15/9/2025). Di tengah kerumunan ratusan tenaga honorer yang berunjuk rasa, Wiah (40), seorang honorer kesehatan,datang menggendong bayinya masih berusia 13 bulan. 

TRIBUN-SULBAR.COM,MAMUJU - Pemandangan mengharukan terlihat di Gedung DPRD Mamuju, Senin (15/9/2025). 

Di tengah kerumunan ratusan tenaga honorer yang berunjuk rasa, Wiah (40), seorang honorer kesehatan,datang menggendong bayinya masih berusia 13 bulan. 

Tanpa ada pilihan lain, Wiah terpaksa membawa buah hatinya untuk ikut berjuang menuntut kejelasan nasib untuk menjadi PPPK paruh waktu.

Baca juga: Mengapa Kita Harus Mencintai Allah? Buku PAI Kelas 10 Ungkap Makna Iman Sesungguhnya

Baca juga: Gegara Sisa 25 Menit, Pria di Sidrap Tega Habisi Nyawa Wanita Teman Kencan di Kamar Wisma

Saat waktu salat magrib, ibu berhijab hitam itu duduk di atas sajadah musalah sedang memberi susu (asi) bayinya.

Wiah bahkan membawa selimut agar buah hatinya tidak kedinginan.

"Saya hanya butuh kepastian. Kalau tidak diakomodir PPPK paruh waktu, kami akan dirumahkan," ujar Wiah kepada Tribun-Sulbar.com.

Warga asal Kelurahan Rimuku ini bukanlah tenaga baru. 

Ia telah mendedikasikan hidupnya selama 18 tahun untuk pelayanan kesehatan. 

Pengabdian panjangnya dimulai sejak tahun 2007 di RSUD Mamuju, sebelum akhirnya pindah ke Puskesmas Bambu pada 2021.

Selama hampir dua dekade, upah yang ia terima jauh dari kata layak. 

Wiah mengaku gajinya tak menentu, bahkan terkadang hanya sebesar Rp100 ribu per bulan, yang ia sebut sebagai "sedekah dari PNS" yang merasa iba.

Meskipun menghadapi ketidakpastian finansial, Wiah tidak pernah meninggalkan tugasnya. 

Ia percaya bahwa pengabdiannya yang panjang layak mendapatkan pengakuan. 

Secara administratif, namanya juga sudah terdaftar di Badan Kepegawaian Negara (BKN).

Kini, bersama honorer lain, Wiah berharap pemerintah daerah dapat membuka jalan bagi mereka. 
"Yang saya butuhkan hanya kepastian. Biar saya bisa terus mengabdi, tanpa khawatir besok masih ada tempat atau tidak," pungkasnya.(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved