Harga Bahan Pokok

Tomat dan Cabai Anjlok Drastis di Pasangkayu, Bawang Merah Melonjak, Pedagang Menjerit

Sementara itu, harga bawang merah mengalami kenaikan dari Rp50 ribu menjadi Rp60 ribu per kilogram

Penulis: Taufan | Editor: Abd Rahman
Taufan
HARGA BAHAN POKOK-Pedagang sayur di Pasar Desa Randomayang, Kecamatan Bambalamotu, Kabupaten Pasangkayu, melayani pembeli di tengah tren penurunan harga sejumlah komoditas seperti cabai dan tomat, Sabtu (2/8/2025). 

TRIBUN-SULBAR.COM,PASANGKAYU- Harga sejumlah komoditas sayuran di Pasar Desa Randomayang, Kecamatan Bambalamotu, Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat (Sulbar), turun cukup tajam dalam sepekan terakhir.

Komoditas turun harga adalah cabai, tomat, dan bawang 

Tomatsebelumnya sempat menyentuh harga tertinggi Rp22 ribu per kilogram, kini anjlok ke harga Rp10 ribu per kilogram. 

Baca juga: Ekspor Sulbar Melejit 35,20 Persen di Semester I 2025, Industri Pengolahan Jadi Penopang Utama

Baca juga: Eks Staf Honorer UIN Alauddin Makassar Dituntut Enam Tahun Penjara dalam Kasus Uang Palsu

Penurunan juga terjadi pada cabai keriting, dari Rp60 ribu menjadi Rp30 ribu per kilogram, dan cabai rawit dari Rp50 ribu menjadi Rp 25 ribu per kilogram.

Sementara itu, harga bawang merah mengalami kenaikan dari Rp50 ribu menjadi Rp60 ribu per kilogram. 

Di sisi lain, ada juga harga yang stabil, seperti bawang putih yang tetap di kisaran Rp40 ribu per kilogram.

Ading, salah satu pedagang sayur ditemui di lapaknya di Pasar Randomayang pada Sabtu (2/8/2025), menyebut bahwa tren penurunan harga ini sudah berlangsung sekitra sepekan terkahir.

Namun menariknya, ia justru mengaku lebih senang saat harga tinggi.

“Kalau harga mahal malah lebih cepat laku, soalnya orang buru-buru beli karena takut naik lagi. Kalau murah begini, pembeli malah santai, jualan jadi agak lambat,” kata Ading sambil menata tumpukan cabai dagangannya.

Menurut Ading, fluktuasi harga sayur-mayur seperti ini sudah biasa terjadi, terutama saat musim panen raya di daerah penghasil seperti Palu Sulawesi Tengah, yang menjadi sumber pasokan utama ke Pasangkayu

Ketika stok melimpah, harga di tingkat pedagang pun langsung menyesuaikan.

“Kami sih ikut harga dari pengepul. Kalau barang dari atas murah, ya kita ikut murah. Tapi tetap berharap harga stabil, jangan terlalu anjlok,” ujar Ading.

Fenomena ini memperlihatkan ironi di pasar tradisional, di mana harga murah belum tentu menguntungkan pedagang. 

Menurut sejumlah penjual, keuntungan saat harga tinggi justru lebih terasa, karena perputaran barang lebih cepat dan margin keuntungan bisa lebih tinggi.(*)

Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com Taufan 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved