Tolak Tambang Pasir

Konflik Tambang Pasir, Belasan Orang Bertopeng Datangi Karossa Pantai Dalih Ingin Ambil Dokumentasi

Ia mengatakan, situasi di Desa Karossa, Kabupaten Mamuju Tengah, sempat memanas setelah kedatangan dua mobil berisi belasan orang bertopeng.

Penulis: Sandi Anugrah | Editor: Nurhadi Hasbi
zoom-inlihat foto Konflik Tambang Pasir, Belasan Orang Bertopeng Datangi Karossa Pantai Dalih Ingin Ambil Dokumentasi
tangkapan layar
KISRUH TAMBANG - Sejumlah warga berjaga ketat di Karossa Pantai, Desa Karossa, Kecamatan Karossa, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, Selasa (29/4/2025). Hal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya kisruh berkepanjangan akibat penolakan tambang pasir.

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU TENGAH - Sejumlah orang bertopeng menggunakan mobil mendatangi wilayah Karossa Pantai, Desa Karossa, Kecamatan Karossa, Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng), Sulawesi Barat (Sulbar) pada Senin (28/4/2025) kemarin.

Kejadian tersebut dibenarkan, Anshar, salah satu warga setempat saat dikonfirmasi Tribun-Sulbar.com, Selasa (29/4/2025).

Ia mengatakan, situasi di Desa Karossa, Kabupaten Mamuju Tengah, sempat memanas setelah kedatangan dua mobil berisi belasan orang bertopeng.

Baca juga: Pasca Pembacokan Akibat Tambang Pasir, Polres Mamuju Tengah Siagakan 50 Personel di Karossa Pantai

"Kemarin itu bang, sempat memanas, karena itu ortunya  tersangka datang membawa orang-orang tidak dikenal di dalam mobil," jelas Anshar.

Menurutnya, dua mobil itu berisi orang-orang memakai penutup wajah (topeng).

"Alasannya, mereka mau ambil dokumentasi," tambah Anshar.

"Padahal kan ditau bahwa situasi sedang memanas, berarti ada maksud lain," tuturnya.

Kedatangan orang-orang tersebut memicu emosi warga setempat.

Menurut Anshar, kedua mobil tersebut tiba di Karossa sekitar pukul 11.00 WITA.

Selain itu, Anshar menduga, belasan orang bertopeng tersebut adalah preman yang sengaja dikirim untuk menakut-nakuti warga Karossa.

Karena selama beberapa bulan terakhir, warga aktif melakukan aksi penolakan terhadap aktivitas tambang pasir oleh PT Alam Sumber Rejeki (ASR).

Meski sejumlah teror didapatkan, Anshar menegaskan perjuangan masyarakat tidak surut.

Dirinya juga mengganggap pemerintah lalai dari tanggungjawab.

"Sekiranya izin dan tuntutan masyarakat untuk mencabut izin dipenuhi, tentu peristiwa dugaan pembacokan tidak akan terjadi," tegasnya.

"Masyarakat hanya mempertahankan ruang hidup dan kampung halaman kami agar tidak rusak," tuturnya.

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved