BPS Sulbar

Rokok dan Beras Jadi Penyumbang Terbesar Penyebab Garis Kemiskinan di Sulbar

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka ini mengalami penurunan 0,50 persen poin dibandingkan Maret 2024

|
Penulis: Suandi | Editor: Abd Rahman
Tribun-Sulbar.com/Fahrun Ramli
Salah satu kios jualan di Jl Manunggal Kelurahan Madatte, Kecamatan Polewali, mulai menaikkan harga sejumlah merek rokok, Senin (2/1/2023). Tanpa rokok tersusun dalam etalase di kios tersebut. 

TRIBUN-SULBAR.COM,MAMUJU- Angka kemiskinan di Sulawesi Barat (Sulbar) pada September 2024 tercatat sebesar 10,71 persen. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka ini mengalami penurunan 0,50 persen poin dibandingkan Maret 2024. 

Secara absolut, jumlah penduduk miskin berkurang sebesar 6,28 ribu jiwa dalam kurun waktu tersebut.

Penurunan angka kemiskinan ini lebih signifikan terjadi di wilayah perdesaan dengan pengurangan sebanyak 3,59 ribu jiwa. 

Sementara itu,di wilayah perkotaan,jumlah penduduk miskin berkurang sebesar 2,69 ribu jiwa.

Kepala BPS Sulbar Tina Wahyufitri mengatakan, Garis Kemiskinan (GK) menjadi tolok ukur untuk menentukan status kemiskinan. 

Pada September 2024, GK Sulbar tercatat sebesar Rp460.283 per kapita per bulan, meningkat 1,19 persen dibandingkan Maret 2024. 

"Di wilayah perkotaan, GK mencapai Rp467.996 per kapita per bulan, sementara di perdesaan sebesar Rp458.416 per kapita per bulan," ujarnya saat saat dihubungi, Minggu (19/1/2025).

Tina menambahkan, komoditi makanan masih menjadi penyumbang terbesar dalam Garis Kemiskinan, dengan kontribusi sebesar 77,55 persen. 

Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran untuk makanan mendominasi kebutuhan dasar masyarakat miskin.

Data BPS juga mengungkapkan bahwa rokok kretek filter menjadi salah satu dari lima komoditi makanan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap kemiskinan, baik di perkotaan maupun perdesaan. 

Selain rokok, komoditi lain seperti beras, ikan tongkol,tuna,cakalang, kue basah, dan daging ayam ras turut menyumbang terhadap Garis Kemiskinan.

Sementara itu, untuk komoditi non-makanan, pengeluaran terbesar berasal dari kebutuhan perumahan, pendidikan, bensin, listrik, dan perlengkapan mandi.  

Baca juga: Jalan Arteri, Menjadi Pilihan Warga Mamuju Menghabiskan Waktu di Akhir Pekan

Baca juga: Fluktuasi Harga Hasil Pertanian

Pengeluaran untuk rokok kretek filter yang masuk dalam kategori makanan menjadi perhatian karena kontribusinya yang signifikan terhadap kemiskinan. 

Konsumsi rokok tidak hanya membebani pengeluaran rumah tangga miskin tetapi juga mengurangi alokasi anggaran untuk kebutuhan yang lebih esensial, seperti makanan bernutrisi atau pendidikan.(*)

Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Suandi

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved