Opini

Tradisi Pappake'de Boyang di Tanah Mandar

Pada rumah Boyang Adaq, Tumbaq Lajar tersebut bersusun-susun (3 hingga 7 susun) untuk memberikan penanda akan tingkat kebangsawanan pemilik rumah.

Editor: Nurhadi Hasbi
dok Badaruddin Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam STAIN Majene
Badaruddin Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam STAIN Majene 

Jika ditinjau dari sisi Islam, maka tradisi ini berkaitan erat dengan kewajiban menjaga silaturahmi dan berbuat baik kepada sesama manusia. Sebab orang-orang yang ada dikampung tersebut, akan bersama sama untuk membantu bahkan kerabat yang jauh akan datang saat tradisi ini dilaksanakan.

Setelah rangka rumah berdiri, seluruh masyarakat yang terlibat dalam mendirikan rangka rumah, akan dipersilakan untuk menikmati jamuan yang telah disiapkan dan selalu dalam porsi besar.

Hal ini bukan menjadi persyaratan wajib, akan tetapi sebagai bentuk terima kasih dan apresiasi kepada masyarakat yang ikut terlibat.

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tradisi Mappake’de Boyang merupakan ciri khas Suku Mandar dengan berbagai persyaratan dan filosofi yang terkandung.

Nilai dan aturan Islam tetaplah menjadi patokan dalam menjalankan tradisi. Sebab tak boleh ada nilai syirik atau menyekutukan sang pencipta. Oleh karena itu, para annangguru tidak menyarankan pemilik rumah untuk menempelkan segala bentuk jimat-jimat yang dianggap sebagai pemberi keberuntungan.

Akan tetapi nilai positifnya terletak pada rasa kekeluargaan, silaturahmi, rasa peduli, dan gotong royong terpelihara dengan baik melalui tradisi Mappake’de Boyang.
Sekian. (*)

Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Masihkah Pancasila Sakti?

 

LUKA DI BUMI, SUARA DARI RERUNTUHAN

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved