Mamuju

Rencana DOB Tomatappa, Ketua Petarung Sulbar : Tappalang Akan Kena Backwash Effect dan Kemunduran

Karena dinilai berpotensi menyebabkan wilayah tersebut mengalami kemunduran jika harus bergabung di DOB Tomatappa.

Editor: Abd Rahman
Istimewa
FOTO PRIBADI HANDIKA DESTA- Ketua Pemuda Tata Ruang (Petarung) Sulawesi Barat (Sulbar), Ir Handika Desta Putra, mendesak agar rencana tersebut ditinjau ulang secara mendalam, khususnya dari perspektif distribusi pembangunan, backwash effect, dan spatial impossibility. 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU- Rencana pembentukan Daerah Otonomi Baru (DOB) Tomatappa (Tapalang, Tapalang Barat, Malunda, Ulumanda, Tubo, dan Balabalakang) kembali menjadi sorotan. 

Ketua Pemuda Tata Ruang (Petarung) Sulawesi Barat (Sulbar), Ir Handika Desta Putra, mendesak agar rencana tersebut ditinjau ulang secara mendalam, khususnya dari perspektif distribusi pembangunan, backwash effect, dan spatial impossibility.

Handika Desta Putra secara tegas menyatakan ketidaksepakatannya jika Tapalang dan Tapalang Barat diikutsertakan dalam wacana DOB Tomatappa.

Baca juga: Gegara Antrean Kendaraan Isi BBM di SPBU Kali Mamuju, Jl Ir Juanda Macet 2 Kilometer

Baca juga: Kadiv P3H Kemenkum Sulbar Minta Perancang Cermati Ranperda PDRD Polman

Karena dinilai berpotensi menyebabkan wilayah tersebut mengalami kemunduran jika harus bergabung di DOB Tomatappa.

Menurut Handika, backwash effect atau efek aliran balik adalah risiko nyata yang mengancam Tapalang jika bergabung dengan DOB baru tersebut.

"Jika Tappalang ikut DOB baru bersama Malunda dan lainnya, ada risiko bahwa pusat pemerintahan baru akan lebih memfokuskan pembangunan di Malunda," ujar Handika pada Selasa (21/10/2025).

Efeknya, Tapalang akan kehilangan sumber daya, modal, dan tenaga kerja terampil yang justru tersedot ke pusat baru (Malunda), sehingga pertumbuhan ekonomi lokal menjadi stagnan dan potensi pembangunan tidak optimal.

Ia menjelaskan, fenomena backwash effect terjadi ketika investasi dan pembangunan terpusat di satu wilayah perkotaan, membuat wilayah di sekitarnya kehilangan sumber daya.

Selain itu, Handika juga menyinggung Teori Spatial Impossibility yang menyoroti bagaimana pengelompokan aktivitas ekonomi (aglomerasi) justru terjadi karena adanya ketidaksempurnaan pasar atau heterogenitas spasial.

Handika tetap tegak lurus menggabungkan Tapalang dan Tapalang Barat ke Kotamadya Mamuju

Menurutnya, skema ini justru akan memberikan efek sebaliknya, yaitu spread effect (efek tetesan) atau trickle-down effect.

"Mamuju sebagai pusat kota sudah memiliki infrastruktur, investasi, dan pasar yang matang. Integrasi Tappalang memungkinkan arus sumber daya dan kesempatan ekonomi mengalir dari kota ke Tappalang," jelasnya.

Integrasi ke Mamuju dinilai akan mengurangi risiko backwash dan mempercepat pertumbuhan ekonomi serta kualitas pelayanan publik di Tapalang

Karena secara administrasi jarak Tapalang ke Kota Mamuju masih terjangkau.

Desta sapaan akrabnya menilai ada perbedaan mendasar antara kondisi Tapalang dengan wilayah lain  menjadi bagian dari Tomatappa.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved