Berita Mamuju Tengah

Harga Gabah Mamuju Tengah di Bawah HET Rp6.500, Petani: Hanya Tutupi Biaya Operasional

Padahal, pemerintah sudah menginstruksikan harga beli gabah 6.500 per kilogram untuk Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani

Penulis: Sandi Anugrah | Editor: Ilham Mulyawan
sandi Anugrah
PANEN RAYA - Petani saat memanen padi mereka di Dusun Batusitanduk, Desa Tobadak, Kecamatan Tobadak, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, Minggu (2/11/2025). (Sandi/Tribun) 


TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU TENGAH - Seorang petani Dusun Batusitanduk, Desa Tobadak, Kecamatan Tobadak, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat bernama Gede Raditayasa mengeluh atas harga jual gabah mereka ke pengepul atau tengkulak.

Gede mengatakan, harga gabah yang dia jual ke pengepul dibawah harga instruksi pemerintah yakni Rp6.500.

Padahal, pemerintah sudah menginstruksikan harga beli gabah 6.500 per kilogram untuk Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani, berlaku sejak 15 Januari 2025.

Kebijakan ini bertujuan untuk menjaga kesejahteraan petani dan stabilitas harga pangan nasional.

Baca juga: Hingga Oktober 2025 Pajak Parkir Mamuju Hanya Rp196,6 juta dari Target Rp216,2 Juta

Baca juga: Pengendara Keluhkan Traffic Light di Mateng Suka Ngaco, Timer Berulang-ulang Hijau Tiba-tiba Merah

Tetapi kenyataannya, para tengkulak masih membeli gabah mereka di kisaran Rp6.400 - Rp6.200.

"Kalau di wilayah kami (Batusitanduk), masih stabil sih diangka Rp6.400," ucapnya.

Namun, beberapa tengkulak di tempat lain membeli hingga Rp6.200.

"Kalau harga segitu, menutupi biaya operasional kami saja tidak cukup," bebernya.

Ia mengaku, biaya operasional yang dikeluarkan sekitar Rp6 juta dengan luas lahan persawahan 80 are.

"Itu sudah termasuk, racun, pupuk dan lainnya," tambahnya.

Sehingga, ia menyayangkan jika harga gabah dibeli dari petani dibawah instruksi pemerintah karena keuntungannya hanya dipakai menutup biaya operasional.

"Belum capek dan gagal panen Pak," ucapnya.

Hal senada disampaikan Gusti Komang Sadnyana, petani lain ditemui di lokasi sama.

Ia mengatakan, turunnya harga sangat berdampak pada petani.

Dikarenakan, keuntungan kecil yang didapatkan petani hanya habis menutupi biaya operasional.

Olehnya itu, ia berharap ada peran pemerintah untuk mengecek harga di lapangan khususnya di pengepul agar harga stabil.

"Kasihan kami Pak, kalau tidak segera ditindaklanjuti," pungkasnya. (*)

Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Sandi Anugrah

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved