TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU TENGAH - Kenaikan Harga beras berefek kepada pedagang kulinter, terkhusus kuliner tradisional di Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat.
Seperti diutarakan Hj Gumala, pedagang kue putu yang merupakan kudapan tradisional khas Bugis Makassar berbahan dasar beras.
Akibat kenaikan Harga beras, harga kue putunya yang dulu dibanderol Rp5 ribu dapat tiga bungkus, maka kini dikurangi menjaid dua bungkus saja untuk harga yang sama.
Porsi memang sengaja ia kurangi karena jika tidak, maka keuntungan yang diperoleh sangat sedikit apalagi dengan kenaikan Harga bahan dasar.
"Sebelum harga beras naik, harga putu saya Rp5 ribu tiga bungkus, sekarang sisa dua bungkus," jelas Gumala saat ditemui di kedainya, kompleks pasar lama Topoyo, Desa Topoyo, Kecamatan Topoyo, Minggu (6/7/2025).
Baca juga: Harga Beras Rp25 kg di Majene Tembus Rp400 Ribu Sekarung Pedagang Duga Naik karena Stok Gabah Kurang
Baca juga: Lebih Mahal dari Majene dan Mamuju, Harga Beras 25 kg di Mateng Tembus Rp420 Ribu per Karung
Meski demikian, harga tersebut dimaklumi para pelanggannya.
"Alhamdulillah, meski porsi putu saya dikurangi, tidak mengurangi antusias pelanggan saya membeli," jelasnya.
"Mereka memaklumi," tambahnya.
Ia juga membeberkan omzetnya berjualan putu sejak tahun 1995 di kompleks pasar Topoyo.
"Mulai tahun 1995 Saya menjual disini, dan alhamdulillah setiap harinya habis dibeli pelanggan," bebernya.
"Penghasilan ku perhari sekitar Rp150 ribu, karena saya biasanya membuat putu sebanyak 4 liter per hari," lanjutnya.
Meski demikian, dirinya khawatir ketika harga beras terus melonjak naik akan berpengaruh drastis ke usahanya.
Olehnya itu, ia berharap pemerintah segera menstabilkan harga beras untuk keberlangsungan usahanya.
"Kalau bisa, segera normal (harga beras) biar tidak berdampak pada usahaku yang sudah saya rintis sejak tahun 1995," tutupnya.
Sementara itu, Taming pelanggan putu mengaku tidak keberatan jika porsi kuenya dikurangi dampak kenaikan harga beras.