Opini

Efisiensi ala Prabowo

Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah cermin paling nyata.

Editor: Nurhadi Hasbi
Muhammad Aras Prabowo
INTELEKTRUAL MUDA NU - Intelektual muda NU Muhammad Aras Prabowo menilai kebijakan terbaru Bulog wajib membeli Gabah Kering Panen (GKP) petani dengan harga Rp6.500 per kilogram tanpa syarat kualitas adalah langkap positif. Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani 

Para pengabdi di sekolah negeri, madrasah, hingga pesantren masih harus menjerit karena gajinya tertunggak.

Sementara itu, para pejabat dengan mudah menikmati tambahan fasilitas dan jabatan bergengsi.

Ironi inilah yang harus kita sadari bersama. Efisiensi sejati bukan sekadar memangkas biaya atau memindahkan anggaran.

Efisiensi adalah seni memilih prioritas: siapa yang harus diutamakan, siapa yang bisa menunggu. Jika yang diutamakan justru para elit, maka efisiensi kehilangan makna.

Ia menjadi sekadar kata kosong yang menjauhkan negara dari rakyatnya.

Kini, menjelang perayaan 80 tahun kemerdekaan, bangsa ini seharusnya bercermin.

Apakah kemerdekaan sudah benar-benar menghadirkan keadilan sosial? Apakah efisiensi sudah dijalankan dengan keberpihakan pada rakyat? Atau justru kita terjebak dalam lingkaran ironis, di mana efisiensi hanya jadi dalih untuk memperkaya elit dan menyingkirkan kepentingan rakyat kecil?

Sudah saatnya efisiensi ditafsirkan ulang. Ia harus dikembalikan pada tujuan mulianya: memastikan setiap rupiah uang rakyat dipakai untuk kepentingan rakyat.

Tanpa itu, efisiensi hanya akan menjadi ironi indah di atas kertas, tetapi menyakitkan dalam kenyataan.(*)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved