Opini

Stunting Intelektual 

Nabi sebagai tokoh sentral tampil sebagai pembawa obor untuk menerangi kegelapan yang melanda kota Makkah pada waktu itu.

Editor: Nurhadi Hasbi
dok Ilham Sopu
Ilham Sopu, salah satu cendikiawan Muslim asal Kabupaten Polman, Sulawesi Barat, sehari-hari sebagai pengajar di salah satu pondok pesantren di Pambusuang. 

Oleh: Ilham Sopu 

Dalam kesehatan stunting itu diartikan anak yang gagal tumbuh diakibatkan kurang gizi, sehingga ia mengalami gagal pertumbuhan secara normal.

Stunting lebih terkait dengan keadaan fisik seorang anak, yang mengalami keadaan yang tidak normal, dan itu akan berpengaruh terhadap masa depan anak tersebut.

Dari kondisi tubuh yang tidak normal, itu merembes ke mental dan pemikiran anak tersebut ke depan.

Mulai dari stunting secara fisik sejak kecil dan akan mengalami stunting secara intelektual setelah remaja dan dewasa.

Dalam ajaran agama sejak dari awal kehadirannya sudah mendemonstrasikan tatanan yang kuat  agar umat manusia terlepas dari kebodohan secara intelektual.

Nabi sebagai tokoh sentral tampil sebagai pembawa obor untuk menerangi kegelapan yang melanda kota Makkah pada waktu itu.

Nabi menyendiri ke goa untuk menenangkan diri dan mencari inspirasi yang solutif untuk dapat merubah masyarakat Makkah yang pada waktu itu bergelimang dengan penyembahan terhadap berhala, atau masyarakat politeisme.

Setelah lama bolak-balik ke gua hira, akhirnya Nabi mendapatkan inspirasi lewat Jibril yang diutus Tuhan, Jibril membawa misi dari Tuhan, suatu misi yang dititipkan Tuhan lewat Jibril untuk disampaikan kepada Muhammad saw, titipan itu adalah modal peradaban yang sangat besar yang akan merubah masyarakat Makkah yang politeistik ke masyarakat yang monoteistik, atau masyarakat yang berperadaban unggul dan monoteis.

Peradaban yang disampaikan oleh Jibril, adalah peradaban "membaca", Jibril memerintahkan kepada Muhammad untuk membaca, suatu perintah yang sangat tegas  karena diulangi berkali-kali, sehingga Muhammad dapat menerima dengan baik perintah tersebut, itu adalah awal peradaban yang akan merubah masyarakat arab pada waktu dan dunia secara keseluruhan. 

Masyarakat sebelum datangnya Muhammad saw, mengalami suatu stagnasi intelektual atau stunting intelektual, masyarakat yang dikenal sebagai masyarakat jahiliah, suatu masyarakat yang mines  secara intelektual dan bodoh secara spritual. 

Kejahiliaan pada waktu itu adalah suatu bentuk kejahiliaan yang murakkab, yakni jahiliah secara intelektual dan jahiliah secara spritual.

Kegelapan peradaban akan melahirkan suatu kehidupan stagnan terhadap perubahan, terjadi pembodohon secara massif, betul-betul terjadi stunting secara intelektual dan spritual. 

Masyarakat terwarisi secara turun temurun, yang terwariskan dari nenek moyang mereka, yang mempertahankan status quo, suatu bentuk kedunguan, atau kebodohan secara struktur.

Itulah gambaran yang terjadi pada masyarakat jahiliah, mereka mempertahankan kebodohan yang mereka tidak menyadari, suatu bentuk peradaban yang tidak terilhami dari sinar peradaban keilahian atau ketauhidan, karena betul-betul masyarakat pada waktu itu sudah terkontaminasi dengan kemusyrikan yang sudah sangat masif.

Halaman
12
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved