Berita Sulbar

104 Kasus Kusta Ditemukan di Sulbar Sepanjang 2025, Tertinggi di Polman dan Majene

Menurut Ririn Handayani, Wasor Program Kusta Dinkes Sulbar, stigma sosial menjadi kendala utama. 

Penulis: Andika Firdaus | Editor: Abd Rahman
AI Gemini
ILUSTRASI KUSTA AI- Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) masih menghadapi tantangan serius dalam menanggulangi kasus kusta.Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulbar, sepanjang tahun 2024 tercatat 177 kasus kusta baru. 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU - Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) masih menghadapi tantangan serius dalam menanggulangi kasus kusta. 

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulbar, sepanjang tahun 2024 tercatat 177 kasus kusta baru. 

Sementara itu, data terbaru dari Januari hingga Juli 2025 menunjukkan adanya 104 kasus baru.

Baca juga: BMKG Prediksi Hujan di Pasangkayu Sepanjang Agustus 2025, BPBD Imbau Warga Siaga Banjir Lewat

Baca juga: Polisi Grebek Sabung Ayam di Manding Polman, Amankan 12 Pelaku, Uang Rp 16 Juta Disita

Menurut Ririn Handayani, Wasor Program Kusta Dinkes Sulbar, stigma sosial menjadi kendala utama. 

Banyak penderita takut berobat karena khawatir dikucilkan masyarakat.

"Kusta itu bisa disembuhkan. Semakin cepat ditemukan dan diobati, semakin cepat pula penderita pulih," ujar Ririn saat ditemui di ruang kerjanya, Kompleks Kantor Gubernur, Jl Abdul Malik Pattana Endeng, Kelurahan Simboro, Mamuju, Rabu (13/8/2025).

Ririn menambahkan, kasus kusta tersebar di lima kabupaten di Sulbar. 

Kabupaten Polewali Mandar (Polman) menjadi wilayah dengan kasus terbanyak, yakni 53 kasus.

Sementara untuk, Majene 21 kasus, Pasangkayu 12 kasus, Mamuju 10 kasus, Mamuju Tengah (Mateng) 8 kasus.

"Mamasa tidak ada kasus baru ditemukan tahun ini,"ucapnya.

Ririn mengatakan, penyakit menular ini menyasar ke semua kalangan mulai dari anak-anak hingga orang tua.

"Umur 0 sampai 16 tahun sudah ada enam orang anak yang mengalami,"terangnya.

kerusakan permanen pada saraf, kulit, mata, dan organ lainnya.

Ririn mengungkapkan, kusta dapat menyebabkan kerusakan permanen pada saraf, kulit, mata, dan organ lainnya jika tidak diobati.

"Komplikasi sering terjadi adalah mati rasa, kelemahan otot, deformitas tangan dan kaki, serta gangguan penglihatan,"ungkapnya.

Ririn mengimbau kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran agar berani berobat dan penularan dapat dihentikan.

"Segera periksakan ke puskesmas terdekat, obatnya juga bisa didapatkan secara geratis,"tutupnya.

Diketahui, kusta atau dikenal sebagai penyakit Hansen, adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae.

Meskipun penyakit ini sudah jarang ditemukan di negara maju, kusta masih menjadi masalah kesehatan di banyak negara, termasuk Indonesia.

Penyakit ini menyerang sistem saraf tepi, kulit, mata, dan selaput lendir pada saluran pernapasan atas. 

Jika tidak ditangani dengan benar, kusta dapat menyebabkan kerusakan saraf permanen dan cacat fisik.

Penyebab dan Penularan

Penyebab utama kusta adalah bakteri Mycobacterium leprae. Penularannya terjadi melalui kontak yang erat dan berulang dalam jangka waktu lama dengan penderita yang belum diobati. 

Bakteri ini bisa menular melalui percikan cairan dari hidung dan mulut saat penderita batuk atau bersin. 

Namun, perlu dicatat bahwa kusta tidak mudah menular. Sebagian besar orang memiliki kekebalan alami terhadap bakteri ini.(*)

Laporan wartawan Tribun Sulbar Andika Firdaus 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved