Inflasi Sulbar

Sulbar Masuk 4 Besar Inflasi Tertinggi Nasional, BPS Beri Warning!

Data BPS mencatat, inflasi tahunan (year on year/y-o-y) Sulbar pada April 2025 mencapai 3,36 persen. 

Penulis: Suandi | Editor: Nurhadi Hasbi
Suandi/Tribun-Sulbar.com
Inflasi - Plt Kepala BPS Sulbar, M La'bi, saat ditemui di Kantor BPS Sulbar, Jl Martadinata, Keluruhan Simboro, Kabupaten Mamuju, Jumat (2/5/2025). BPS memberikan peringatan serius kepada Pemerintah Provinsi terkait lonjakan inflasi yang cukup mengkhawatirkan. Data BPS mencatat, inflasi tahunan (year on year/y-o-y) Sulbar pada April 2025 mencapai 3,36 persen. Angka ini menempatkan Sulbar sebagai provinsi dengan inflasi tertinggi keempat secara nasional. 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU – Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Barat (Sulbar) memberikan peringatan serius kepada Pemerintah Provinsi terkait lonjakan inflasi yang cukup mengkhawatirkan.

Data BPS mencatat, inflasi tahunan (year on year/y-o-y) Sulbar pada April 2025 mencapai 3,36 persen. 

Angka ini menempatkan Sulbar sebagai provinsi dengan inflasi tertinggi keempat secara nasional.

Baca juga: Harga Bahan Pokok Naik Picu Inflasi Hingga 3,36 Persen di Sulbar April 2025

"Secara bulanan (month to month), inflasi kita cukup bagus yakni 1,51 persen. Tapi secara tahunan kita harus waspada karena mencapai 3,36 persen, tertinggi keempat di Indonesia," kata Kepala BPS Sulbar saat ditemui di Kantor BPS Sulbar, Jl Martadinata, Mamuju, Jumat (2/5/2025).

Inflasi y-o-y ini didorong oleh kenaikan harga di sejumlah kelompok pengeluaran, khususnya kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mencatat inflasi sebesar 7,55 persen. 

Kenaikan juga terjadi di kelompok pendidikan (2,94 persen), perawatan pribadi (3,20 persen), dan perumahan, air, listrik, serta bahan bakar rumah tangga (1,35 persen).

Komoditas yang paling berkontribusi terhadap inflasi antara lain ikan layang, ikan cakalang, emas perhiasan, tomat, bawang merah, cabai, dan minyak kelapa. 

Sementara beberapa komoditas seperti pisang, angkutan udara, ayam hidup, dan telur ayam ras memberikan sumbangan terhadap deflasi.

Menanggapi situasi ini, BPS menilai operasi pasar yang selama ini dijalankan kurang efektif dalam menekan inflasi secara berkelanjutan.

"Operasi pasar itu ibarat obat generik seperti Paracetamol. Sakitnya hilang sebentar, tapi dua jam kemudian kambuh lagi," ujar Plt Kepala Kepala BPS Sulbar, M La'bi, saat ditemui di Kantor BPS Sulbar, Jl Martadinata, Keluruhan Simboro, Kabupaten Mamuju, pada Jumat (2/5/2025).

Menurutnya, penanganan inflasi sebaiknya difokuskan pada pengaturan distribusi, pasokan, dan ketersediaan bahan pokok. 

"Rekomendasi kami terkait inflasi yaitu mungkin tidak terlalu bermanfaat melakukan operasi pasar. Bahkan operasi pasar itu seperti obat generik, ya kaya Paracetamol, ya habis minum satu dua jam kembali lagi sakitnya," sambungnya.

Ia bahkan mengusulkan pendekatan jangka panjang seperti membuka lahan seperti bawang agar tak hanya mencukupi konsumsi lokal, tapi juga membuka peluang ekspor.

"Mungkin paling utama diperbaiki adalah bagaimana mengatur pendistribusian pemasokan, ketersediaan. Termasuk beras, kalau kebutuhan di Sulbar belum terpenuhi, jangan dulu dijual ke luar daerah," tegasnya.(*)

Laporan Reporter Tribun Sulbar Suandi 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved