RSUD Sulbar Tolak Pasien
Tarrare Community Kecam Klarifikasi RSUD Sulbar: Tidak Sesuai Realita
Ketua Tarrare Community, Guntur Kade, mengungkapkan kekecewaannya secara terbuka terhadap pelayanan RSUD Sulbar.
Penulis: Suandi | Editor: Munawwarah Ahmad
TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU - Duka menyelimuti komunitas Tarrare setelah salah satu anggotanya, Hendra (40), meninggal dunia usai mengalami kecelakaan lalu lintas di Jalan Trans Sulawesi, tepatnya di Salupangi, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, pada (21/4/2025).
Yang membuat peristiwa ini semakin menyakitkan, Hendra disebut-sebut sempat ditolak oleh pihak RSUD Regional Sulawesi Barat karena alasan ruangan penuh.
Baca juga: SDK Akan Beri Bantuan Rp2 Juta per Kepala Keluarga untuk Tangani Stunting dan Kemiskinan di Sulbar
Baca juga: Keluarga Korban Lakalantas di Mamuju Dapat Santunan Rp50 Juta dari Jasa Raharja, Diberi Hari Ini
Ketua Tarrare Community, Guntur Kade, mengungkapkan kekecewaannya secara terbuka terhadap pelayanan RSUD Sulbar.
Menurutnya, penolakan terhadap Hendra yang dalam kondisi kritis dengan pendarahan hebat di paha menunjukkan kelalaian fatal.
“Kondisi saudara kami sangat kritis, tapi saat tiba di RS Regional, dia tidak mendapat penanganan medis maupun pertolongan pertama. Hanya karena alasan 'ruang full', nyawanya tak terselamatkan. Ini sungguh tidak manusiawi,” tegas Guntur, kepada Tribun-Sulbar.com melalui WhatsApp, Rabu (23/4/2025).
Lebih lanjut, Guntur mengecam klarifikasi yang disampaikan pihak rumah sakit, yang menurutnya justru menyulut kemarahan keluarga dan masyarakat.
Ia menyatakan bahwa klarifikasi tersebut seolah-olah membenarkan tindakan RSUD, padahal realita di lapangan menunjukkan sebaliknya.
“Alih-alih menangani, mereka malah menyuruh keluarga membawa Hendra ke rumah sakit lain. Padahal saat itu korban sudah berada di atas mobil pick-up dalam kondisi kritis,” ungkapnya.
Guntur menyebut pihaknya semula tidak berniat membuat pernyataan di media, namun klarifikasi sepihak dari RSUD mendorong komunitas untuk bersuara.
“Kami mendesak Pemerintah Provinsi untuk menindak tegas oknum-oknum di RS Regional yang lalai menjalankan tugasnya. Jangan sampai ada lagi Hendra-Hendra lain yang harus menunggu ajal karena ditolak saat membutuhkan pertolongan darurat,” pungkas Guntur.
Sebelumnya, Dokter IGD RSUD Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar), dr Riyana memberi klarifikasi terkait kasus meninggalnya korban kecelakaan di Mamuju, Sulawesi Barat bernama Hendra (40) pada Senin (21/4/2025).
Hendra sebelumnya meregang nyawa, diduga kehabisan darah karena tak mendapat penanganan medis di RSUD Sulbar.
Korban kecelakaan ditolak pihak RSUD Sulbar, dengan alasan IGD penuh ditambah bed atau tempat tidur pasien juga penuh, sehingga korban disarankan untuk dibawa ke rumah sakit lain.
Sayangnya, nyawa Hendra tak tertolong meski ia sempat dibawa ke RS Bhayangkara Mamuju.
Dokter Riyana dihadirkan oleh manajemen RSUD Sulbar saat keterangan pers pada Selasa (22/4/2025).
Dalam konferensi Pers, Direktur RSUD Provinsi Sulawesi Barat, dr. Hj. Marintani Erna Dochri menghadirkan seluruh pihak yang berada di pelayanan saat pasien tersebut tiba.
Dokter IGD RSUD Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) yang menangani korban dr Riyana mengatakan, bahwa korban tersebut datang sekira pukul 17.08 WITA dengan menggunakan mobil pick up.
"Jadi waktu itu perawat langsung keluar mengecek pasien (Korban) yang datang di IGD, setelah melihat ia langsung kembali masuk memanggil saya untuk melihat pasien, kemudian saya keluar melihat dan ada dua pasien di atas mobil pick up," ujar Riyana saat konferensi pers Kantor RSUD Regional Mamuju, Selasa (22/4/2025).
Riyana mengatakan, bahwa setelah melihat kondisi pasien, ia langsung mengecek Glasgow Coma Scale Skala (GCS) dan kesadarannya masih penuh.
Lebih lanjut Ia menjelaskan, bahwa situasi saat itu ada 31 pasien dan ada 4 perawat serta 1 dokter.
"Pada saat itu juga perawat lain sementara melakukan tindakan ke pasien lain, dan kami juga mengecek GCSnya 15 serta masih dalam kesadaran penuh maka untuk mempercepat proses penanganannya saya menyampaikan kepada rekannya untuk mengarahkan ke rumah sakit terdekat," ujarnya.
Riyana mengatakan, kondisi IGD saat itu mengalami over kapasitas, sehingga ia menyarankan pasien datang agar bisa ke rumah sakit terdekat agar segera mendapatkan pelayanan.
"Sebelum mengarahkan korban, saya meminta maaf kepada korban dan rekannya yang mengantar," ujarnya.
Riyana mengatakan, ia ingin melakukan penindakan penanganan.
"Tapi untuk pelayanan lokasinya harus steril, kami takutkan nanti ada infeksi karena melakukan penanganan dilokasi yang tidak memungkinkan,"ucapnya.
Sementara itu, dr. Hj. Marintani Erna Dochri mengungkapkan sudah melakukan rapat internal dan di RS Regional tersebut Sumber daya Manusia (SDM) tidak relevan dengan jumlah pasien yang ada.
"Dengan 4 perawat dan 1 dokter di IGD serta menangani 31 pasien dengan kondisi hampir berapa persen itu kurang baik,"ujarnya.
Marintani Erna Dochri mengatakan, bahwa pihaknya bukan menolak pasien seperti yang beredar tersebut.
"Jumlah pasien saat itu berjumlah 31 orang, 8 pasien ada duduk di kursi karena bed tidak cukup, ditambah lagi tenaga medis kurang memadai sehingga pihak IGD menyarankan pasien agar ke rumah sakit lain yang terdekat,” kata Erna.(*)
Laporan Reporter Tribun Sulbar Suandi
SOSOK Direktur RSUD Sulbar Dikabarkan Akan Dicopot SDK Setelah Tewasnya Korban Lakalantas di Mamuju |
![]() |
---|
Gubernur Sulbar Suhardi Duka Izin ke Mendagri Copot Direktur RSUD Usai Tolak Pasien Kecelakaan |
![]() |
---|
Nakes RSUD Sulbar Tolak Pasien Lakalantas di Mamuju Langgar Pasal 174 UU Kesehatan, Potensi Dipidana |
![]() |
---|
Ombudsman: 17 Aduan Sejak 2013 Terkait Buruknya Layanan di RSUD Sulbar |
![]() |
---|
IDI Ingatkan RSUD Sulbar Soal SOP Kondisi Gawat Darurat Saat Kondisi Penuh Pasien: Harusnya Ada SOP |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.