Pilkada Mamuju 2024

Debat Pamungkas Paslon Bupati Mamuju: 01 Janji Beri Modal ke Pedagang, 02 Perbaiki Infrastruktur

Adu gagasan Pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Mamuju saat debat kedua di Hotel Maleo, Mamuju, Sulawesi Barat, Sabtu (9/11/2024).

Penulis: Lukman Rusdi | Editor: Via Tribun
Tribun-Sulbar.com/ Lukman Rusdi
Kolase pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Mamuju 2024 nomor urut 1, Sutinah Suhardi dan Yuki Permana (kiri), serta pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Mamuju 2024 nomor urut 2, Ado Mas'ud dan H. Damris, saat debat kedua di Ballroom Hotel Maleo Mamuju, Sulawesi Barat, Sabtu (9/11/2024) 

Pasar yang berada di Jl. Letjen Hertasning, Kelurahan Binanga, Kecamatan Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar) itu kondisinya kian mengkhawatirkan.

Pantauan Tribun-Sulbar.com, Selasa (9/9/2024) pagi, terlihat akses jalan menuju lapak-lapak penjualan ikan tersebut berlumpur dan becek.

Kurang lebih 30 meter akses jalan hampir semuanya tak layak dilalui oleh para pembeli maupun penjual.

Kondisi ini membuat para pedagang terpaksa mengakali situasi dengan meletakkan berbagai jenis papan maupun balok di jalan tersebut agar bisa dilalui.

Kondisi jalan di pasar lama Mamuju terliihat hitam dan becek, kondisi ini dikeluhkan para pedagang
Kondisi jalan di pasar lama Mamuju terliihat hitam dan becek, kondisi ini dikeluhkan para pedagang (Lukman/ Tribun Sulbar)

Tak hanya pembuangan air atau drainase yang buruk, kondisi ini juga diperparah oleh terpal yang digunakan para penjual untuk melindungi dagangan mereka dari hujan, yang kini rusak dan robek tak karuan. 

Nampak, sebagian pembeli memilih untuk bertahan berjualan, namun tak sedikit juga penjual yang memilih untuk pulang lebih awal. 

Seorang penjual dengan inisial RM mengungkapkan bahwa kondisi akses jalan yang buruk menyebabkan pengunjung pasar sepi.

“Dulu, biasanya kita buka di sini dari pagi sampai pukul 12 siang, tapi sudah beberapa bulan ini kita pulang jam setengah 10 karena mau diapa, tidak ada juga pembeli,” kata RM kepada Tribun-Sulbar.com saat dijumpai di lapaknya, Senin (9/9/2024) pagi.

Ia juga mengeluhkan bahwa meskipun sempat rutin membayar retribusi pasar, ia tidak merasakan dampak fisik dari retribusi tersebut, sehingga kini memilih untuk berhenti membayar.

“Kalau tidak salah, dulu kita bayar Rp 30 ribu per bulan kita rutin itu, tapi mana ini tidak ada juga perbaikan. 

Pernah juga naik sampai Rp 70 ribu, tapi orang di sini memilih tidak lagi membayar, jadi sekarang tidak ada lagi pajak,” ujarnya menambahkan.

Ia menambahkan bahwa terpaksa harus merogoh kocek tiap bulan untuk membeli terpal yang rusak akibat cuaca.

“Tiap bulan biasa kita beli terpal untuk perbaiki ini, nah itu terpal sampai Rp100 ribu. Bayangkan itu kalau tiap bulan,” keluhnya. (*)

Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Lukman Rusdi

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved