Opini

Tradisi Pappake'de Boyang di Tanah Mandar

Pada rumah Boyang Adaq, Tumbaq Lajar tersebut bersusun-susun (3 hingga 7 susun) untuk memberikan penanda akan tingkat kebangsawanan pemilik rumah.

Editor: Nurhadi Hasbi
dok Badaruddin Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam STAIN Majene
Badaruddin Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam STAIN Majene 

Tak sedikit masyarakat Mandar yang meninggalkan tradisi Pappake’de Boyang, sebab dianggap terlalu merepotkan, karena ikatan adat yang begitu kompleks. Serta membutuhkan persiapan yang tidak sedikit, karena terdapat banyak hal yang perlu dipersiapkan, bahkan disaat suku Mandar akan mendirikan rumah persiapannya tidak jauh berbeda dengan mempersiapkan pernikahan.

Seperti yang disinggung diawal, budaya dan adat Mandar mendapatkan penyesuain dengan nilai-nilai Islam.

Sebagai contoh, terdapat masyarakat percaya dengan menempelkan jimat-jimat di tiang rumah, menempatkan hasil kebun di salah satu tiang utama (Posi Ariang) akan memberikan keberuntungan.

Hal ini yang kemudian diperbaiki, meskipun masih dilaksanakan, tetapi kepercayaan yang ditanamkan bukan untuk mendapatkan keberuntungan atau berharap kepada selain Allah (kecuali penggunaan jimat), namun hanya sebagai simbol dan penghormatan kepada adat dan budaya di tanah Mandar.

Adapun bagian-bagian yang pada umumnya dilakukan dalam membangun rumah atau Mappake’de Boyang adalah :

1. Mempersiapkan segala material untuk membangun rangka rumah, karena rumah atau Boyang akan disusun dari rangka kayu yang kemudian didirikan secara beramai ramai.
Biasanya sehari sebelum rumah didirkan, akan ada penyampaian kepada masyarakat. Sehingga pada pagi hari, masyarakat telah berkumpul dan kemudian bersama-sama untuk mendirikan rangka rumah tersebut.

Menariknya, rangka rumah diikat dengan menggunakan tali, saat rangka rumah ditarik maka orang-orang yang menonton akan bersorak untuk menyemangati, hal ini yang membuat suasana menjadi menyenangkan namun sekaligus menegangkan.

2. Persiapan makanan. Terdapat beberapa makanan wajib yang harus ada seperi Cucur, dan Sokkol yang umunya dibuat dari beras ketan putih dan hitam.
Kedua makanana ini wajib ada, sebab sudah menjadi tradisi dan syarat adat dalam prosesi Mappake’de Boyang.

Selain itu harus ada beberapa hasil kebun seperti Pisang, Jagung, Padi, Tarreang (Jewawut) dan lain-lain yang digantung pada tiang-tiang rumah, terutama pada Posi Ariang.

3. Mambaca . Barazanji, dzikir, dan shalawat adalah bagian penting Mambaca. Pada saat rangka rumah mulai didirikan sampai dengan rangka rumah tersebut berdiri dzikir dan doa selalu dibacakan beramai-ramai.
Salah satu hal unik adalah seluruh anggota keluarga yang kelak akan menempati rumah tersebut, harus berada didalam lokasi rumah. Sampai dengan rangka rumah tersebut berdiri.
Setelah Mambaca akan ada pemberian Barakka’ yang isinya bermacam-macam. Nah, disinilah makanan yang telah dipersiapkan dibagikan pada orang yang datang.

Umumnya berisi Cucur, Telur, Sokkol, Pisang, dan Baje (Khusus untuk Barakka yang diberikan kepada Pambaca) , hal ini telah menjadi kebiasaan masyarakat Mandar, sebab tak boleh membiarkan mereka pulang dengan tangan kosong.

4. Pemilihan tanggal terbaik. Biasanya untuk menentukan tanggal terbaik mendirikan rumah, calon penghuni rumah akan mendatangi orang-orang yang dianggap sebagai tetuah, dan kemudian meminta saran juga menyampaikan hal apa yang akan dilakukan pada tanggal tersebut. Pemilihan tanggal ini tidak sembarangan, namun ada perhitungannya.

Tiap daerah di Tanah Mandar, bisa saja memiliki perbedaan pada tradisi Mappake’de Boyang namun tidak begitu besar.

Sebab terdapat pula daerah yang mengharuskan Aratang atau balok yang terhubung dengan tiang tidak boleh saling tumpang tindih, sebab fisosofi yang dipercaya adalah jika terdapat sebuah masalah dirumah tersebut akan sulit untuk diselesaikan.

Adapula yang mengharuskan pintu rumah tidak boleh tepat berada ditengah. Namun, harus dicondongkan kesalah satu sisi.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Masihkah Pancasila Sakti?

 

LUKA DI BUMI, SUARA DARI RERUNTUHAN

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved