Berita Mamuju Tengah

Darurat Konflik Manusia dan Buaya di Mateng, Relawan Peduli Hewan Minta Pemerintah Ambil Langkah

Seorang warga tewas usai diterkam buaya saat mencari kangkung untuk pakan ternak di parit area kebun sawit.

|
Penulis: Samsul Bachri | Editor: Nurhadi Hasbi
Tribun Sulbar / Syamsul Bachri
Buaya Berukuran dua meter ditangkap Tim Remapis di area kebun sawit dekat pemukiman warga di Dusun Trans Sari Desa Kabubu Kecamatan Topoyo, Mamuju Tengah, Selasa (17/10/2023). 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU TENGAH - Konflik antara manusia dan buaya akhir-akhir ini sering terjadi di Mamuju Tengah, Sulawesi Barat.

Maraknya korban luka hingga korban nyawa akibat serangan buaya menjadi salah satu pemicunya.

Seperti yang terjadi di Desa Salupangkang, Kecamatan Topoyo, beberapa waktu lalu.

Seorang warga tewas usai diterkam buaya saat mencari kangkung untuk pakan ternak di parit area kebun sawit.

Amarah warga pun tak terbendung dan langsung berusaha menangkap predator tersebut.

Keberadaan buaya kini tak hanya di sungai dan muara yang selama ini menjadi habitatnya.

Melainkan sudah masuk ke area perkebunan sawit hingga ke area pemukiman warga.

Manusia tentu akan membela diri jika merasa terancam begitupun sebaliknya, sehingga ke depannya konflik akan sulit terhindarkan.

Komunitas pecinta hewan di Mamuju Tengah, harap pemerintah mengambil langkah antisipasi.

"Kami harap ada langkah antisipasi untuk menghindari konflik yang mungkin akan berkepanjangan, " kata Ketua Remapis, Cecep saat dihubungi, Rabu (18/10/2023).

Cecep meminta pemerintah untuk memberikan ruang bagi buaya untuk keberlangsungan hidupnya.

"Ini kan hewan dilindungi, jadi perlu ada ruang untuk keberlangsungan hidupnya tanpa adanya konflik dengan manusia, " imbuh dia.

Cecep menyebutkan pembangunan penangkaran disertai pembiayaan pakan bisa jadi solusi.

"Iya, kita kan tau, di Babana ada penangkaran buaya, tapi pengelolaannya tidak maksimal karena tidak adanya bantuan biaya pakan," terangnya.

"Jadi kami juga dilema, kadang ada buaya kami tangkap bingung mau dievakuasi kemana, karena pihak penangkaran di Babana juga menolak karena kewalahan biaya pakan, "tambahnya.

Sehingga, kata dia, perlu perhatian serius dari instansi terkait.(*)

Laporan wartawan Tribun-Sulbar.com Samsul Bahri

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved