OPINI

Kekerasan Seksual dari Orang Dekat: Memecah Keheningan yang Menyakitkan

Masa-masa yang seharusnya diisi dengan kebahagiaan, rasa aman, dan canda tawa, berubah menjadi waktu-waktu penuh kecemasan dan kebingungan.

Editor: Ilham Mulyawan
brin
Peneliti Pusat Riset Kependudukan, BRIN 

Kekerasan seksual yang dialami oleh anak-anak di lingkungan terdekat meninggalkan luka dan trauma yang mendalam.

Masa-masa yang seharusnya diisi dengan kebahagiaan, rasa aman, dan canda tawa, berubah menjadi waktu-waktu penuh kecemasan dan kebingungan.

Anak-anak yang menjadi korban sering mengalami gangguan mental seperti stres berkepanjangan, depresi, gangguan tidur, dan ketidakmampuan untuk mempercayai orang lain. Pengalaman yang traumatis ini dapat membawa dampak jangka panjang dalam perkembangan emosional dan psikologis mereka.

Mengatasi tabu dan rasa takut melaporkan. Salah satu alasan mengapa kekerasan seksual oleh orang terdekat sering terjadi adalah karena korban cenderung merasa takut dan terjebak dalam rasa malu serta rasa bersalah.

Banyak dari mereka memang diancam untuk tidak boleh melaporkan, disisi lain ada pemikiran kasus ini dapat merusak citra keluarga atau memecah belah hubungan dengan orang-orang terdekat lainnya.

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat dan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang mendukung, di mana anak-anak merasa aman untuk melaporkan jika mereka mengalami kekerasan seksual.

Penting : pencegahan dan perlindungan anak. Menjaga keamanan anak-anak harus menjadi prioritas utama bagi semua anggota masyarakat.

Beberapa langkah dapat diambil sebagai  upaya mencegah kekerasan seksual terhadap anak-anak. Pertama, pendidikan dan kesadaran.  

Meningkatkan kesadaran tentang kekerasan seksual dan akibatnya bagi anak-anak melalui pendidikan di sekolah dan kampanye sosial.

Selain itu sudah tidak zamannya keluarga tabu untuk menyampaikan tentang seksual, tentunya edukasi dengan menyesuaikan perkembangan dan usia anak.

Agar anak-anak bisa waspada ketika bahaya mengancam. Kedua, komunikasi terbuka perlu dibangun dalam keluarga.

Kondisi ini akan menciptakan situasi nyaman dan mencair bagi anak-anak untuk berbicara tentang pengalaman atau masalah yang mereka hadapi.

Sehingga anak-anak dapat tergugah berbicara jika mereka merasa tidak aman atau mendapatkan hal-hal yang tidak pantas. Tiga, pantau perilaku anak atau anggota keluarga lainnya.

Bila ada hal mencurigakan dan perubahan perilaku berupa cemas yang tidak biasa, ajak bicara dan tanyakan apa mereka memiliki masalah yang bisa dibagi. Empat, bentengi anak untuk paham batasanan dalam hubungan dengan keluarga.

Ada rambu-rambu mana yang bisa dan tidak bisa dalam berinteraksi secara fisik. Lima, ketika dalam keluarga tidak hanya ada keluarga inti, ada kehadiran pengasuh perlu diwaspadai saat merekrut pengasuh atau tenaga pengajar, periksa latar belakang mereka secara ketat untuk memastikan mereka bebas dari catatan kejahatan seksual.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

Sekolah Layak, Pendidikan Bermartabat

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved