Kolom
Dari Ahsanu Takwim Ke Asfala Safilin
Sebelum Al-Qur'an mengupas potensi manusia dalam surah ini, terlebih dahulu Tuhan bersumpah, demi thin, zaitun, turisinin, dan hadza al balad al amin.
Misalnya simbol at-Tin yakni pohon Tin, tempat tumbuhnya atau tempat seorang Nabi menerima wahyu Ilahi, Az-Zaitun sebagai tempat Nabi Isa menerima wahyu, bukit Sinai di mana Nabi Musa memperoleh Wahyu dan kota Mekkah yang dilukiskan sebagai tempat yang aman di mana Nabi Muhammad saw pertama kali menerima wahyu.
Jadi pada hakekat agama-agama yang telah diturunkan oleh Tuhan kepada Nabinya, adalah saling terkait dan berkesinambungan.
Pesan pertama yang disampaikan oleh Tuhan kepada ketiga agama tersebut adalah pesan ketauhidan, yakni mengesakan Tuhan, adapun syariatnya itu berbeda-beda karena perbedaan umat yang mereka hadapi.
Tugas para Nabi adalah bagaimana menterjemahkan pesan-pesan ketuhanan dalam perspektif kemanusiaan.
Hanya manusia yang mampu menjalankan pesan ketuhanan, karena mereka sudah dipersiapkan oleh Tuhan sebagai Khalifah Tuhan di muka bumi.
Dalam pandangan Al-Qur'an Tuhan menjadikan manusia dalam bentuk yang paling baik,baik dari bentuk fisik maupun psikisnya, dengan begitu manusia dapat melaksanakan fungsi kekhalifahan, yakni beribadah kepada-Nya dengan membangun dunia ini sesuai kehendak Allah swt.
Dalam kajian ilmu tafsir, dan sering disampaikan oleh Prof Quraish Shihab dalam beberapa bukunya, ketika Tuhan dalam Al-Qur'an menggunakan dhamir atau kata ganti "Kami", berarti ada keterlibatan manusia dalam pencapaian sebagai makhluk yang terbaik.
Tuhan sudah memberikan berbagai potensi kepada manusia, juga berbagai kelebihan kepada manusia jika dibandingkan dengan makhluk yang lain. Sebagaimana diungkapkan dalam Al-Qur'an, "Sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam dan Kami angkut mereka di darat dan di laut.
Kami anugerahkan pula kepada mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna (QS.Al-Isra ayat 70).
Bilamana potensi atau kelebihan yang dimiliki oleh manusia dimaksimalkan, itu akan menjadikan dirinya sebagai makhluk yang terbaik, dan bilamana manusia tidak memanfaatkan potensinya, dia akan akan terjatuh menjadi makhluk yang terendah, bahkan lebih rendah dari binatang.
Itulah manusia sebagai makhluk yang istimewa yang telah diberikan keistimewaan oleh Tuhan dengan berbagai kelebihan, namun demikian manusia juga punya kelemahan, yang bisa jatuh bilamana yang menonjol dalam dirinya adalah sifat-sifat rendah, atau sifat-sifat kebinatangan yang ada dalam dirinya.
Bumi Pambusuang, 16 Pebruari 2023
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.