Kolom
Melawan Keterpurukan
Pada saat tertentu, ia berobsesi mewujudkan mimpi-mimpinya. Tapi ia juga sadar bahwa anak-anaknya kini telah beranjak dewasa.
Cinta sejati akan menemukan kesaktiannya lewat doa-doa dan persembahan terbaik di hadapan Tuhan.
Hal menarik saat menungkapkan bahwa kehidupan dalam segala coraknya pada dasarnya biasa-biasa saja.
Reaksi terhadapnya yang membuat berakhir dengan manis atau pahit. Ketika diterima sebagai kado terbaik dari Tuhan, maka ujungnya adalah keberhasilan menghadirkan jiwa besar.
Di saat yang sama ia optimis bahwa kehidupan tidak selamanya berjalan satu warna dalam derita tiada henti.
Sebaliknya, jika dipahami sebagai sesuatu yang pahit, maka selamanya hanya akan menyisakan luka dan penyesalan.
Pesan ini seirama dengan nasehat filosof beraliran Stoikisme, Epictetus (138 M).
Ia berpesan, “Bukan masalahmu yang mengganggumu, tetapi cara anda memandang masalah itu. Semuanya bergantung pada cara Anda memandang sesuatu”.
Demikianlah arti penting bagi setiap manusia agar memiliki kekayaan terhadap pemaknaan hidup. Bahwa tidak selamanya keterpurukan akan terus menjadi teman sejati kehidupan.
Sebab, tidak sedikit manusia yang tampak sedang terpuruk, namun dalam suasana kebatinannya, ia sedang merayakan kedekatan dirinya dengan Tuhan.
Itu sebabnya, utuhnya identitas diri seorang manusia tidak cukup hanya dengan mengandalkan kepintaran, tapi juga kearifan.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.