Hari Santri 2022

Santri Sarungan dan Elit Sarungan

Di Indonesia memakai sarung adalah sebuah kenyamanan. Sarungnya, sarung tradisional, di tenun langsung oleh pengrajin sarung. Motif dan jenis kainnya

Editor: Nurhadi Hasbi
dok Muhammad Ikhsan Hidayah
Muhammad Ikhsan Hidayah 

Oleh : Muhammad Iksan Hidayah
Wakil Ketua PW. LAKPESDAM NU SULBAR

MEMAKAI sarung adalah identitas kita, ciri khas Islam Nusantara--terutama kaum santri. Semuanya memakai sarung. Bukan wajib sih, tapi sudah identitas. Menjadi pembeda dengan budaya lain, terutama budaya timur tengah dan barat.

Meski banyak juga masyarakat Indonesia mengikuti budaya impor dengan memakai shorban putih, celana cingkrang dan hitam cenderung kearab-araban serta celana jeans ala Eropa dan Amerika.

Di Indonesia memakai sarung adalah sebuah kenyamanan. Sarungnya, sarung tradisional, di tenun langsung oleh pengrajin sarung. Motif dan jenis kainnya beragam.

Begitu pula harganya. Oleh karenanya, sarung begitu diminati masyarakat Indonesia, terutama kalangan nahdliyyin. Namun dikalangan lain, ada juga yang beranggapan memakai sarung itu kampungan, tidak gaul gitu loh.

Mauki coba, pake sarung maki di warung-warung kopi di kota-kota, pasti jadi pusat perhatianki. Apa lagi kalau ada anak gaul rekeng toh, langsung menghindar i. Begitumi itu, stigma negatif anak zaman sekrang, masih naanggapki pake sarung itu strata kalangan bawah, bukan kalangan elit.

Memakai sarung adalah bentuk kesederhanaan diri, dari para Kiai dan Santri. Tak ada jarak dengan masyarakat bawah. Seperti, pedangan kaki lima, petani, nelayan, buruh dan lain-lain.

Hal inilah menjadi salah satu kaum sarungan menjadi banyak diminati kalangan elit.

Memakai sarung saat ibadah shalat, juga membah kekhusuan, mulai dari ber- wudhu, berdiri, ruku' sujud dan duduk nyaman terasa. Tentu berbeda dengan memakai celana panjang, apa lagi celana jeans dan cingkrang tentunya.

Selain itu, sarung juga banyak digunakan para pendekar pancak silat (Pammaca) istilah bahasa lokal Mandar.

Ketika berlatih silat, para pendekar mengenakan baju lengan panjang, celana panjang dan sarung di salempang melingkar dari bahu hingga paha. Kadang juga sarung diikatkan di perutnya.

Di desa-desa, sarung digunakan para penjaga malam di pos-pos ronda. Ia memakai sarung untuk menghangatkan tubuhnya dari dinginnya malam.

Sarung juga digunakan sebagai senjata untuk memudahkan menangkap ketika ada maling. Selain itu, sarung juga digunakan para ibu-ibu nelayan dan petani--dalam istilah siwali parri--membantu suaminya menjual hasilnya ke pasar dengan memakai sarung sebagai alas kepalanya.

Bahkan di pelosok desa, sarung digunakan sebagai sarana untuk membawa orang sakit ke puskesmas.

Saat ini memakai sarungpun kian di minati, bukan cuma kalangan santri dan masyarakat kelas bawah. Para kalangan elitpun telah bangga dan mempupelarkan sarung sebagai identitas kaum sarungan.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Wajah Baru Pendidikan Indonesia

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved