The Leader

Sebelum Pandemi Ekonomi Sulbar di Atas Rata-rata Nasional, Sekarang Mengalami Kontraksi

"Jadi kalau Y-on-Y ekonomi Sulbar tumbuh 2,54 persen, sedangkan q-to-q mengalami kontraksi 1,28 persen dan C-to-C tumbuh 2,10 persen," bebernya.

Penulis: Habluddin Hambali | Editor: Hasrul Rusdi
Tribun Sulbar / Hablu Hambali
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Barat (Sulbar) Agus Gede Hendrayana Hermawan jadi tamu di studio Tribun-Sulbar.com, Senin (13/12/2021). 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU - Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Barat (Sulbar) sebelum pandemi Covid-19 di atas rata-rata nasional.

Sementara, pada tahun 2021 triwulan III mengalami kontraksi sekitar 1,28 persen dibanding triwulan II-2021.

"Ini semua diakibatkan pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Jadi bukan hanya terjadi di Sulbar tetapi semua daerah. Karena sebelum pandemi ekonomi Sulbar selalu diatas rata-rata nasional," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulbar, Agus Gede Hendrayana Hermawan, saat menghadiri acara diskusi Tribun-Sulbar.com, Senin (13/12/2021).

Lanjutnya, secara tahun ke tahun triwulan III 2021 ekonomi Sulbar tumbuh 2,54 persen.

Hal itu, suatau capaian didapatkan bukan kecil karena ditengah tantangan pandemi Covid-19.

Baca juga: Peneliti Litbang Kompas: Data Berperan Besar Meningkatkan Kualitas Pemuli dan Demokrasi

Baca juga: Berpaham Perempuan Tak Boleh Salat di Masjid, Motif Rudi Bakar Lemari Alat Salat di Pasangkayu

"Jadi saya rasa kalau kita bisa tumbuh positif, saya rasa itu sudah capaian yang bagus," ungkap Agus Gede.

Dia juga membeberkan bahwa dalam merilis pertumbuhan ekonomi Sulbar ada tiga periode seperti membandingkan triwulan sebelumnya dengan triwulan sekarang atau disebut (q-to-q).

Selanjutnya, perbandingan dengan tahun ke tahun atau biasa disebut (Y-onY) dan terakhir kumulatif triwulan I, II dan III tahun sekarang dan tahun sebelumnya atau disebut (C-on-C).

"Jadi kalau Y-on-Y ekonomi Sulbar tumbuh 2,54 persen, sedangkan q-to-q mengalami kontraksi 1,28 persen dan C-to-C tumbuh 2,10 persen," bebernya.

Sehingga, dilihat pergerakan pertumbuhan ekonomi dilihat saat pandemi Covid-19 berlangsung memberikan dampak negatif darr triwulan I hingga triwulan III.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai 12,11 triliun rupiah, sedangkan atas dasar harga konstan 2010 mencapai 8,21 triliun rupiah.

"Kalau PDRB dihitung berapa besar nilai tambah tercipta, untuk mencapai outputnya dikalikan biaya harga bersangkutan maka hasi PDRB muncul, sedangkan harga konstan dihitung berdasarkan tahun dasar dan tahun ini berdasarkan tahun dasar 2010. Jadi outputnya dikalikan sehingga tercipta harga konstan," ujarnya.

Baca juga: Tundukkan Laos 1-5, Skuad Garuda Gusur Malaysia dari Puncak Klasemen Grup B

Baca juga: UTBK SBMPTN 2022: Jadwal Tes, Syarat Daftar hingga Biaya Pendaftaran

Kedua output inilah digunakan menghitung pertumbuhan ekonomi Sulbar.

Maka, betul-betul menghitung kinerja dari faktor produksi kedua tersebut.

"Contoh sederhananya orang memproduksi pisang 10 tahun lalu dengan harga Rp 1.000. Kemudian tahun ini orang memproduksi 10 dengan harga Rp1.500, kalau bicara harga berlaku maka dia bertambah. Tapi kalau bicara harga konstan tidak berubah,"

Dengan demikian, berbicara pertumbuhan ekonomi maka berada pada stagnan.(*)

Laporan Wartawan TRIBUN-SULBAR.COM, Habluddin

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved