Hari Kesaktian Pancasila

Masihkah Pancasila Sakti?

Para peserta upacara hanya ikut pembacaan Pancasila tanpa pernah meresapi makna terkandung dalam Pancasila. 

Editor: Nurhadi Hasbi
dok Ilham Sopu
Ilham Sopu, salah satu cendikiawan Muslim asal Kabupaten Polman, Sulawesi Barat, sehari-hari sebagai pengajar di salah satu pondok pesantren di Pambusuang. 

Warisan yang begitu berharga yang telah ditinggalkan oleh pendiri bangsa kita biarkan  roboh bahkan kita sendiri yang merobohkannya.

Peringatan hari kesaktian Pancasila, adalah momentum yang sangat berharga untuk melakukan pertobatan secara nasional, sebagaimana yang pernah dulu disuarakan oleh Prof Amin Rais di masa orde menjelang reformasi.

Tobat nasional perlu digaungkan kembali, agar kita menyadari bahwa untuk memperjuangkan jalannya bangsa ini sesuai yang dicita-citakan para pendiri bangsa.

Kita jangan pernah melupakan sejarah, warisan atau titipan dari pejuang kemerdekaan mesti kita jaga, kita tidak  menggeneralisir para generasi pelanjut, penerima estafet kebangsaan ini dalam kondisi tidak punya perhatian terhadap eksistensi bangsa ini, masih banyak tokoh-tokoh yang punya perhatian yang besar untuk melanjutkan perjuangan tokoh-tokoh terdahulu yang sangat ikhlas, terhadap eksisnya bangsa ini kedepan.

Pemikiran-pemikiran tokoh bangsa, seperti Prof Buya Syafii Maarif, Nurcholis Madjid, Abdurrahman Wahid, Dawam Rahardjo, Mustofa Bisri, Amin Abdullah, Haedar Nashir, Komaruddin Hidayat dan sederet tokoh-tokoh bangsa lainnya yang punya kepedulian terhadap eksistensi bangsa ini, perlu dibaca dan digaungkan kembali.

Pemikiran-pemikiran tokoh-tokoh tersebut sangat sesuai dengan kondisi Indonesia yang plural dan majemuk. Itu salah satu jalan untuk memperbaiki bangsa yang sedang sekarat ini, perlu merefresh kembali pemikiran-pemikiran kebangsaan dari para pemikir garda depan dalam rangka mengembalikan kembali arah bangsa ini, sebagaimana yang dicita-citakan oleh pendiri bangsa ini.

Kembali ke judul di atas, masihkah Pancasila itu sakti?, Pancasila itu tetap sakti dalam konsep, Pancasila tetap sakti dalam idealitas, tetapi mati suri dalam konsep realitas.

Perlu jurus baru dalam mengkampanyekan kembali Pancasila sebagai falsafah negara, ideologi negara, serta pandangan hidup bangsa. 

Kita kembalikan ideologi Pancasila sebagai asas dalam bernegara, nilai-nilai Pancasila adalah nilai-nilai yang menjadi penyatu bangsa yang berbhinneka dan plural ini.(*)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Wajah Baru Pendidikan Indonesia

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved