Cerita Korpala Unhas Lintasi 4 Negara Pakai Sandeq Mandar, Dihantam Ombak 5 Meter di Pulau Galang

Muhammad Nur Akram, menjelaskan ekspedisi ini merupakan tradisi panjang Korpala Unhas yang telah dimulai sejak 1996.

|
Editor: Abd Rahman
Istimewa
SANDEQ - Korpala Unhas saat melintasi samudra menggunakan perahu tradisional Mandar yang disebut Sandeq. tim Korps Pencinta Alam Universitas Hasanuddin (Korpala Unhas) menuntaskan Ekspedisi Pelayaran Akademis III (EIPA III) dengan berlabuh di Konsulat Republik Indonesia (KRI) Songkhla, Thailand, Kamis (31/10/2025). 

Beberapa warga bahkan mengaitkan kehadiran Sandeq dengan kisah-kisah leluhur mereka tentang pelaut dari Sulawesi yang dahulu berlayar hingga ke wilayah mereka.

“Kami merasa seolah menjawab cerita-cerita masa lalu itu. Bahwa semangat pelaut Nusantara masih hidup,” ujarnya.

Bagi tim Korpala Unhas, EIPA III bukan sekadar perjalanan fisik melintasi laut, melainkan perjalanan spiritual menelusuri akar identitas bangsa.

“Sandeq bukan hanya perahu, tapi simbol keberanian, kecerdikan, dan ketangguhan orang Mandar. Kami ingin membuktikan, warisan bahari kita masih bisa bersaing di lautan dunia,” ujarnya.
Mereka menempuh perjalanan laut sepanjang 2.356 mil laut selama 87 hari.

Ekspedisi Pelayaran Akademis III (EIPA III) ini berlabuh di Konsulat Republik Indonesia (KRI) Songkhla, Thailand, Kamis (31/10/2025).

Sejarah Singkat Perahu Sandeq 

Perahu Sandeq adalah perahu tradisional bercadik khas Suku Mandar yang mendiami pesisir Sulawesi Barat. 

Nama sandeq sendiri dalam bahasa Mandar berarti "runcing" atau "tajam", mengacu pada bentuk haluan dan buritan perahu yang ramping dan meruncing, serta terkadang juga dikaitkan dengan ujung layarnya yang runcing.

Warisan Austronesia: Sandeq merupakan perahu bercadik yang berevolusi di Mandar sebagai warisan teknologi perahu Austronesia.

Perahu Serbaguna: Pada masa lampau, Sandeq memiliki fungsi sangat vital bagi masyarakat Mandar.

Sandeq sebagai alat transportasi dan perdagangan, digunakan untuk berlayar dan berdagang hingga ke Selat Malaka, Laut Sulu, Papua, dan Pulau Jawa.

Digunakan untuk menangkap ikan, termasuk berburu tuna (dengan mengejar gerombolan burung di laut) dan mencari telur ikan terbang.

Dikenal sebagai salah satu perahu layar tercepat di dunia karena desainnya yang ramping.

Sandeq memiliki cadik (baratang) di kedua sisi untuk penyeimbang, dan menggunakan layar berbentuk segitiga. 

Kecepatannya bahkan diklaim mampu mencapai 15-20 Knot (sekitar 30-40 km/jam) atau lebih dalam kondisi ideal.(*)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved