Cerita Korpala Unhas Lintasi 4 Negara Pakai Sandeq Mandar, Dihantam Ombak 5 Meter di Pulau Galang
Muhammad Nur Akram, menjelaskan ekspedisi ini merupakan tradisi panjang Korpala Unhas yang telah dimulai sejak 1996.
Ringkasan Berita:
- erahu Sandeq, yang dioperasikan oleh tim Korpala Unhas (EIPA III), berhasil menempuh pelayaran akademis sejauh 2.356 mil laut selama 87 hari melintasi empat negara
- Tim menghadapi tantangan berat seperti gelombang tinggi 3-5 meter, arus kuat, dan lalu lintas padat di Selat Malaka.
- Dalam menghadapi tantangan tersebut, Sandeq membuktikan ketangguhannya. Desainnya yang ringan dan sistem penyeimbang (baratang dan palatau) memungkinkan Sandeq bermanuver cepat dan stabil
TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU - Ketua Tim Ekspedisi Pelayaran Akademis III (EIPA III) Korps Pencinta Alam Universitas Hasanuddin Muhammad Nur Akram menceritakan pengalamanya saat berlayar menggunakan Sandeq menaklukkan empat negara.
Nur Akram bersama delapan orang rekanya adalah Muh. Ardiansyah, Muh. Lutfi Nurdin, Ahmad Akbar, Asrullah Jalil, Rendy Syam, Muhlis, Ahmad Haedar, dan Angga Anugerah.
Baca juga: Gubernur Sulbar SDK Temui Sekjen PSSI, Bahas Pengembangan Sepak Bola Daerah
Baca juga: Propam Polda Sulbar Usut Kasus Dugaan Bripda F Terlantarkan Istri dan Anak
Mereka berlayar menggunakan Sandeq, perahu tradisional khas Mandar, menjadi simbol ketangguhan dan kecerdasan maritim masyarakat Sulawesi Barat (Sulbar).
Muhammad Nur Akram, menjelaskan ekspedisi ini merupakan tradisi panjang Korpala Unhas yang telah dimulai sejak 1996.
“Ekspedisi pertama menelusuri jalur saudagar Bugis-Makassar hingga Jakarta, yang kedua tahun 2011 menuju Darwin, Australia. Tahun ini kami menelusuri jejak pelaut Nusantara ke empat negara: Indonesia, Singapura, Malaysia, hingga Thailand,” ujar Akram, saat dikonfirmasi, Rabu (5/11/2025).
Dengan tema “Menelusuri Jejak Suku Pengembara Laut”, ekspedisi ini bukan sekadar pelayaran akademis, melainkan pembuktian bahwa warisan bahari Nusantara masih relevan di era modern.
Selama pelayaran, tim menghadapi beragam tantangan.
Gelombang tinggi di Laut Cina Selatan, arus kuat di Selat Makassar, hingga lalu lintas padat kapal di Selat Malaka, salah satu jalur maritim tersibuk di dunia.
“Kami sempat menghadapi ombak setinggi 3 sampai 5 meter di perairan Pulau Galang. Tapi Sandeq benar-benar tangguh. Perahu ini ibarat menari di atas ombak,” tutur Akram.
Sandeq yang berarti “runcing” dalam bahasa Mandar memiliki desain ramping dan ringan, memungkinkan manuver cepat di tengah ombak besar.
Bagian-bagian perahu yang tampak sederhana ternyata dirancang sangat fungsional, seperti sistem baratan dan palatau yang berfungsi layaknya suspensi, menjaga stabilitas meski dihantam gelombang.
Ketangguhan Sandeq tidak hanya memukau masyarakat Indonesia, tetapi juga menarik perhatian warga di berbagai negara pesisir yang dilalui tim.
“Banyak warga di Malaysia, Singapura, hingga Thailand takjub. Mereka heran bagaimana perahu sekecil ini bisa menempuh ribuan mil laut,” kata Akram.
Beberapa warga bahkan mengaitkan kehadiran Sandeq dengan kisah-kisah leluhur mereka tentang pelaut dari Sulawesi yang dahulu berlayar hingga ke wilayah mereka.
“Kami merasa seolah menjawab cerita-cerita masa lalu itu. Bahwa semangat pelaut Nusantara masih hidup,” ujarnya.
Bagi tim Korpala Unhas, EIPA III bukan sekadar perjalanan fisik melintasi laut, melainkan perjalanan spiritual menelusuri akar identitas bangsa.
“Sandeq bukan hanya perahu, tapi simbol keberanian, kecerdikan, dan ketangguhan orang Mandar. Kami ingin membuktikan, warisan bahari kita masih bisa bersaing di lautan dunia,” ujarnya.
Mereka menempuh perjalanan laut sepanjang 2.356 mil laut selama 87 hari.
Ekspedisi Pelayaran Akademis III (EIPA III) ini berlabuh di Konsulat Republik Indonesia (KRI) Songkhla, Thailand, Kamis (31/10/2025).
Sejarah Singkat Perahu Sandeq
Perahu Sandeq adalah perahu tradisional bercadik khas Suku Mandar yang mendiami pesisir Sulawesi Barat.
Nama sandeq sendiri dalam bahasa Mandar berarti "runcing" atau "tajam", mengacu pada bentuk haluan dan buritan perahu yang ramping dan meruncing, serta terkadang juga dikaitkan dengan ujung layarnya yang runcing.
Warisan Austronesia: Sandeq merupakan perahu bercadik yang berevolusi di Mandar sebagai warisan teknologi perahu Austronesia.
Perahu Serbaguna: Pada masa lampau, Sandeq memiliki fungsi sangat vital bagi masyarakat Mandar.
Sandeq sebagai alat transportasi dan perdagangan, digunakan untuk berlayar dan berdagang hingga ke Selat Malaka, Laut Sulu, Papua, dan Pulau Jawa.
Digunakan untuk menangkap ikan, termasuk berburu tuna (dengan mengejar gerombolan burung di laut) dan mencari telur ikan terbang.
Dikenal sebagai salah satu perahu layar tercepat di dunia karena desainnya yang ramping.
Sandeq memiliki cadik (baratang) di kedua sisi untuk penyeimbang, dan menggunakan layar berbentuk segitiga.
Kecepatannya bahkan diklaim mampu mencapai 15-20 Knot (sekitar 30-40 km/jam) atau lebih dalam kondisi ideal.(*)
| Korpala Unhas Buktikan Ketangguhan Sandeq Mandar, Taklukkan 4 Negara Selama 87 Hari Berlayar |
|
|---|
| Kesal Sering Diejek, Pria Sabar di Makassar Tikam Ponakan Sendiri hingga Tewas |
|
|---|
| Satpol PP & Diskoperindag Pasangkayu Tata Kawasan Anjungan Pantai, Ingatkan Pedagang Jaga Kebersihan |
|
|---|
| 11 Atlet Muda Pemanah Mateng Siap Berlaga di Hasanuddin Open 2025, Ini Daftar Namanya |
|
|---|
| 2 Shio Ini Paling Beruntung, Shio Tikus Dikejar Jodoh, Naga Proyek Berjalan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/sulbar/foto/bank/originals/esia-KRI-Songkhla-Thailand-Kamis-31102025.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.