Direktur RSUD Sulbar Diganti

Ganti Direktur RSUD Sulbar, Gubernur SDK: Jangan Ada Pasien Mati karena Tidak Dilayani!

Suhardi Duka menekankan pentingnya peningkatan kualitas layanan kesehatan di rumah sakit daerah. 

Penulis: Suandi | Editor: Nurhadi Hasbi
Suandi/Tribun-Sulbar.com
MUTASI PEJABAT - Gubernur Sulbar, Suhardi Duka, saat ditemui di Kantor Gubernur Sulbar, Jumat (10/10/2025). Ia merotasi jabatan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sulbar. 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU - Gubernur Sulawesi Barat (Sulbar) Suhardi Duka (SDK) merotasi jabatan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sulbar. 

Pelantikan berlangsung di Ballroom Andi Depu, lantai 3 Kantor Gubernur Sulbar, Jumat (10/10/2025).

Jabatan Direktur RSUD Sulbar yang sebelumnya dipegang dr. Merintani Erna Dochri.

Baca juga: BREAKING NEWS: Gubernur SDK Rotasi Pejabat Eselon III, Termasuk Direktur RSUD Sulbar

Kini digantikan oleh dr. Musadri Amir Abdullah.

Ia sebelumnya menjabat Direktur RSUD Kabupaten Majene. 

Sementara dr. Erna dimutasi menjadi Sekretaris Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Sulbar.

Suhardi Duka menekankan pentingnya peningkatan kualitas layanan kesehatan di rumah sakit daerah. 

Ia menyebut, sektor kesehatan merupakan salah satu wajah pemerintahan yang paling terlihat oleh masyarakat.

“Muka pemerintahan itu salah satunya di sektor kesehatan. Kalau layanan sektor ini rusak di mata publik, sehebat apa pun gubernur dan secantik apa pun kadisnya, tetap busuk juga wajah pemerintah di publik,” kata SDK.

Menurutnya, rotasi ini dilakukan sebagai bentuk penyegaran agar RSUD Sulbar dapat lebih maksimal dalam melayani masyarakat.

“Direktur sebelumnya tidak kita hukum, tapi kita rotasi untuk penyegaran. Tugas direktur baru, perbaiki wajah RSUD Sulbar. Cat. Jika perlu dico. Bikin orang senang datang ke sana,” ujarnya.

SDK juga menyinggung soal persepsi masyarakat terhadap kematian di rumah sakit. 

Ia menegaskan kematian adalah hal yang tidak bisa dihindari, tetapi pelayanan maksimal harus tetap diberikan kepada setiap pasien.

“Di RS, kematian itu biasa. Tidak ada yang bisa menjamin hidup atau mati seseorang, hanya Tuhan yang tahu. Tapi jangan sampai orang mati karena tidak dilayani,” tegasnya.

“Biarlah mati dalam pelayanan penuh. Kalau mati karena pelayanan buruk, yang dicari bukan hanya dokter, tapi juga direktur, kadis, bahkan saya,” lanjutnya.(*)

Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Suandi 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved