Mamuju Tengah
Kisah Rusli, Mencari Bangkai ke Hutan Demi Beri Makan Puluhan Buaya di Penangkaran Mateng
Setiap hari, Rusli harus memutar otak demi memenuhi asupan pakan predator-predator ganas tersebut.
Penulis: Sandi Anugrah | Editor: Abd Rahman
Ringkasan Berita:
- Rusli, pengelola penangkaran buaya, terpaksa harus berburu bangkai hewan di perkebunan demi memberi makan puluhan buaya.
- Aksi ini dilakukan sebagai solusi krisis pakan dan biaya operasional
- Meski menjalani tanggung jawab konservasi, Rusli kini menyerah dan meminta perhatian pemerintah.
- Ia bahkan mengancam akan melepaskan 50 ekor buaya ke alam liar jika pemerintah dan pihak terkait tidak segera memberi solusi dan dukungan terhadap masalah pakan ini.
TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU TENGAH – Senyapnya hutan perkebunan sawit dan hiruk pikuk pemukiman warga sudah menjadi peta harian bagi Rusli (50).
Bukan untuk mencari kayu atau hasil kebun, melainkan untuk sebuah misi mulia.
Namun memilukan, Rusli mencari bangkai hewan untuk memberi makan puluhan buaya di bawah pengelolaannya.
Inilahi kisah Rusli, pengelola penangkaran buaya di Desa Babana, Kecamatan Budong-budong, Mamuju Tengah, Sulawesi Barat.
Baca juga: Usai Ditabrak Pemotor, Bangkai Mobil Pembawa Uang Rp4,6 Miliar Terbakar Dievakuasi ke Polres Polman
Baca juga: Usai Wajibkan Siswa Baca 20 Buku, Gubernur SDK Buat Aturan Guru Wajib Baca Buku di Perpustakaan
Setiap hari, Rusli harus memutar otak demi memenuhi asupan pakan predator-predator ganas tersebut.
Ia rela berkeliling mengendarai kendaraannya, menyusuri perkebunan, pinggiran hutan, hingga pemukiman warga, mencari bangkai sapi, kerbau, kambing, atau ayam yang mati karena sakit. Ia bahkan kadang harus ikut mencari ikan di sungai.
"Ini adalah cara yang kami lakukan mengatasi krisis pakan," ujar Rusli, ketika ditemui di lokasi penangkaran, Jumat (21/11/2025).
Aktivitas ini bukan tanpa kendala.
Seringkali, Rusli harus pulang dengan tangan kosong.
Rezeki hanya datang jika ada informasi dari warga melaporkan adanya hewan ternak mereka yang mati.
"Kami sangat berterima kasih kepada warga, sering memberi informasi jika ada hewan ternaknya mati, itu sangat membantu kami," tambahnya, menunjukkan betapa bergantungnya operasional penangkaran pada kemurahan hati masyarakat.
Penangkaran buaya yang dikelola Rusli tidak hanya sekadar tempat pembiakan, tetapi juga merupakan upaya konservasi untuk mengendalikan populasi buaya liar dan mengurangi konflik dengan manusia.
Pekerjaan ini menuntut komitmen tinggi dan pengorbanan finansial yang tidak sedikit.
Namun, di balik dedikasi tinggi tersebut, Rusli menyimpan kekhawatiran besar.
Ia merasa semakin hari dirinya semakin tidak mampu memenuhi kebutuhan pakan buaya yang semakin banyak.
Puncaknya, Rusli melontarkan harapan kepada semua pihak, bahkan ketidaksanggupanya mengurusi buaya tanpa upah ia harus memutuskan untuk melepaskan predator ganas itu.
"Jika pemerintah dan instansi terkait tak juga memberi solusi terhadap keberlangsungan predator liar tersebut di penangkaran, Rusli berniat melepaskan sekitar 50 ekor buaya ke alam liar," ujar Rusli dengan nada resah.
Di sisi lain, Rusli memikirkan dampak ditimbulkan jika buaya itu dilepas, karena selama ini konflik buaya dan manusia kerap kali terjadi di wilayahnya.
Tetapi ia tak menampik, bahwa habitat buaya sudah mulai hilang tergeser oleh ekosistemnya yang kian digerus oleh kondisi dan keadaan.
Pernyataan ini tentu menjadi sangat serius, mengingat pelepasan puluhan buaya ke alam liar berpotensi meningkatkan risiko konflik buaya-manusia di wilayah tersebut.
Rusli berharap ada perhatian dan solusi konkret dari pemerintah agar upaya konservasi yang ia jalankan dengan penuh tanggung jawab ini dapat terus berlanjut.(*)
Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com Sandi Anugreah
| Warga Resah, Pengelola Ancam Lepas 50 Buaya Penangkaran Babana jika Pemerintah Tak Bertindak |
|
|---|
| Krisis Pakan! 50 Ekor Buaya di Penangkaran Babana Mamuju Tengah Terancam Dilepas ke Alam |
|
|---|
| Bupati Arsal Dukung Jalan Santai Peringatan Hari Guru Nasional 2025 di Mamuju Tengah |
|
|---|
| Pembangunan Kampung Nelayan Merah Putih Baru 40 Persen di Mateng, Terkendala Cuaca dan Banjir Rob |
|
|---|
| Cuaca Buruk, Harga Ikan di Pasar Topoyo Mateng Melonjak, Warga Mengeluh |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/sulbar/foto/bank/originals/Buaya-di-penangkaran-Desa-Babana-Kecamatan-Budong-budong-Kabupaten-Mamuju-Tengah.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.