Banjir Mamuju Tengah

Jadi Langganan Banjir, Warga Desa Topoyo Khawatir Diserang Penyakit Gatal & Diare

Seorang warga, Harlina mengatakan, kondisi tersebut sudah dirasakan bertahun-tahun.

Penulis: Sandi Anugrah | Editor: Abd Rahman
Sandi Anugrah
PEMUKIMAN TERENDAM BANJIR - Rumah Warga RT 1 Dusun Lomba Bou Desa Topoyo, Kecamatan Topoyo, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat direndam banjir. Terlihat, anak-anak mereka bermain air di halaman rumah. (Sandi/Tribun) 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU TENGAH - Sejumlah rumah warga RT 1 Dusun Lomba Bou, Desa Topoyo, Kecamatan Topoyo, Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng), Sulawesi Barat (Sulbar) terendam banjir.

Pantauan Tribun-Sulbar.com, Senin (15/9/2025), rumah-rumah warga terendam banjir hingga ke dalam.

Terlihat, air mulai surut sekitar 10 centimeter.

Baca juga: Dana Ketahanan Pangan Desa Dapurang Mengendap di Rekening, Kades : Akan Diserahkan ke Bumdes

Baca juga: Kasus TBC di Sulbar Capai Estimasi 5.000, Dinkes Gencar Sosialisasi Penemuan Kasus

Sehingga, beberapa ruangan rumah mereka mulai dibersihkan, utamanya bagian ruang tamu dan teras.

Sementara bagian dapurnya ada yang masih tergenang air setinggi betis orang dewasa sehingga belum bisa dibersihkan.

Anak-anak mereka juga terlihat bermain air di halaman rumah.

Halaman rumah mereka tergenang sepenuhnya air.

Seorang warga, Harlina mengatakan, kondisi tersebut sudah dirasakan bertahun-tahun.

"Sudah ada sekitar 10 tahun, namun paling parah ini dua tahun terakhir," ucap Harlina ditemui di kediamannya, RT 1 Dusun Lomba Bou, Desa Topoyo, Kecamatan Topoyo, Mateng, Senin (15/9/2025).

Menurutnya, warga terdampak di area tersebut sekitar 10 KK, dengan jumlah jiwa sekitar 30 - 50 orang.

Dimana, di pemukiman tersebut juga banyak dihuni anak-anak balita hingga bayi.

"Ada satu rumahnya di huni 10 orang dan beberapa warga tinggal disini ada anak bayinya," jelasnya.

Ia menambahkan, penyebab banjir diakibatkan air kiriman dari gunung dan wilayah sekitar.

Sehingga, air tersebut terjebak di wilayah RT 1 Dusun Lomba Bou Desa Topoyo dan menggenangi pemukiman warga dikarenakan tidak ada saluran buang.

Ditambah, kondisi tanah di wilayah tersebut rendah.

Banjir akan surut sekitar tiga sampai empat hari. Namun, ketika hujan melanda durasi surutnya bisa semakin lama.

"Kalau air sudah surut pasti anak-anak kami diare, belum lagi gatal-gatal hingga malaria," terangnya.

Olehnya itu, ia berharap ada perhatian pemerintah untuk menangani hal tersebut.

Utamanya pengadaan mesin pompa air (solusi jangka pendek) dan pembuatan saluran air (solusi jangka panjang). 

Hal senada disampaikan warga lain yang enggan disebutkan namanya, ia mengatakan ketika hujan deras melanda wilayah tersebut, air akan mengalir deras kiriman dari gunung sehingga membuat mereka khawatir.

"Tadi malam saja Pak, deras sekali air dari belakang, makanya kami takut," timpalnya.(*)

Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Sandi Anugrah 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved