TRIBUN-SULBAR.COM, PASANGKAYU – Kenaikan harga beras di pasaran tak memberi dampak signifikan terhadap kesejahteraan petani di Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat.
Hal itu disampaikan Ambo, seorang petani di Desa Bambaira, Kecamatan Bambaira, saat ditemui di ladangnya, Selasa (26/8/2025).
Menurut Ambo, sebagian besar petani di wilayah tersebut tidak menjual hasil panennya, melainkan untuk konsumsi pribadi.
Baca juga: Harga Beras Premium di Mamasa Tembus Rp 15 Ribu per Liter, Warga Diminta Konsumsi Beras Lokal
“Kalaupun dijual, paling ke tetangga atau keluarga. Itu pun harganya kecil, kadang malah tidak cukup untuk kebutuhan makan kami,” ujarnya.
Ia menyebut, sawah di Bambaira hanya bisa dipanen sekali dalam setahun, dengan hasil sekitar satu ton gabah.
Saat musim kemarau, hasil panen bahkan lebih sedikit.
Kepala Dinas Pertanian Pasangkayu, Nurdin, menguatkan pernyataan tersebut.
Ia mengatakan, sebagian besar petani di Pasangkayu tidak menjual gabah keluar daerah.
“Kenaikan harga gabah tidak berpengaruh bagi petani. Pasokan beras di sini justru banyak tergantung dari Sulawesi Selatan dan Polman. Kalau hanya mengandalkan sawah lokal, jelas tidak cukup,” kata Nurdin.
Berdasarkan data Dinas Pertanian, luas lahan sawah di Kabupaten Pasangkayu mencapai 714 hektare, namun sebagian besar tidak produktif akibat kerusakan sistem irigasi.(*)
Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Taufan