Sampah Mamuju Tengah

Volume Sampah Capai 20 Ton Per Hari, Ini yang Dilakukan DLH Mamuju Tengah

Penulis: Sandi Anugrah
Editor: Nurhadi Hasbi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TUMPUKAN SAMPAH – Tumpukan sampah di Desa Tobadak, Kecamatan Tobadak, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat, Kamis (21/8/2025). Dalam sehari, DLH Mateng mengangkut hingga 20 ton sampah.

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU TENGAH – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng), Sulawesi Barat, tengah menggagas inovasi penanganan sampah bernama SISAPA (Sikat Sampah Plastik).

Program ini dirancang sebagai proyek perubahan dalam menghadapi persoalan sampah yang semakin meningkat, khususnya sampah plastik.

Berdasarkan data DLH Mateng, volume sampah yang diangkut setiap hari telah mencapai 20 ton. Sampah tersebut terdiri atas sampah organik dan nonorganik.

Baca juga: Sosok Asmuni, Dulu Guru Honorer Kini Jabat Kadis DLH Mamuju Tengah

Jumlah itu diprediksi terus meningkat seiring pertumbuhan penduduk dan aktivitas ekonomi.

Jika tidak ditangani dengan tepat, terutama sampah plastik, maka berpotensi mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan masyarakat.

Kepala DLH Mateng, Asmuni, mengatakan bahwa SISAPA merupakan bagian dari proyek perubahan yang ia gagas.

Pilot proyek ini tidak hanya menyasar kebersihan, tetapi juga membentuk kesadaran dan budaya baru dalam memperlakukan sampah plastik.

Ia menambahkan, pencemaran plastik telah berdampak pada lingkungan sekitar. Bahkan, mikroplastik sudah ditemukan di beberapa sumber air lokal.

“Tak hanya merusak ekosistem, kondisi ini juga mengancam kesehatan masyarakat,” ungkap Asmuni saat ditemui di kantornya, Jl Trans Sulawesi, Desa Topoyo, Kecamatan Topoyo, Mateng, Kamis (21/8/2025).

Program SISAPA saat ini masih dalam tahap perencanaan, namun akan disusun dengan pendekatan edukasi, eksekusi, dan evaluasi.

Ke depan, masyarakat akan diajak memilah sampah dari rumah, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, serta memanfaatkan kembali sampah menjadi produk bernilai.

"Kami ingin memulai dari perubahan pola pikir," ujar Asmuni.

Misalnya, membiasakan pegawai untuk tidak lagi membawa air minum kemasan sekali pakai. Sebagai gantinya, kantor menyediakan air galon bersama.

Langkah ini, lanjut Asmuni, tidak hanya mengurangi sampah plastik, tapi juga menekan anggaran belanja air kemasan di instansi pemerintah.

Selain itu, SISAPA juga diarahkan untuk membuka peluang ekonomi melalui pengelolaan sampah berbasis pemberdayaan masyarakat, seperti pendirian bank sampah, UMKM daur ulang, hingga pelatihan keterampilan pengolahan limbah rumah tangga yang bernilai ekonomis.

Halaman
12