TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU - Sosok dr Marintani Erna Dochri, Direktur RSUD Sulbar yang dikabarkan akan segera dicopot dari jabatannya, pasca kasus korban lakalantas di Mamuju Bernama Hendra (40), meregang nyawa setelah tak ditolong dokter dan tenaga Kesehatan IGD RSUD Sulbar pada Senin (21/4/2025) lalu.
Hendra yang kala itu mengalami luka serius usai kecelakaan, dibawa ke RSUD Sulbar, namun sesampainya di sana, dokter maupun nakes setempat tak langsung member pertolongan dengan alasan bed, atau tempat tidur pasien penuh dan juga banyak pasien lain.
Sehingga korban kemudian disarankan dibawa ke RS lain dengan pertimbangan masih dalam kesadaran penuh. Namun sesampainya di RS Bhayangkara, korban kemudian menghembuskan nafas terakhir diduga karena kehabisan darah.
Baca juga: Gubernur Sulbar Suhardi Duka Izin ke Mendagri Copot Direktur RSUD Usai Tolak Pasien Kecelakaan
Baca juga: Nakes RSUD Sulbar Tolak Pasien Lakalantas di Mamuju Langgar Pasal 174 UU Kesehatan, Potensi Dipidana
Pasca kejadian, Gubernur Sulawesi Barat (Sulbar) Suhardi Duka berjanji seger mengambil tindakan tegas.
SDK - sapaan akrab Suhardi Duka mengaku telah mulai melakukan evaluasi.
"Ini sudah mulai kita evaluasi sejak kemarin," ujarnya saat ditemui di Masjid Baitul Anwar, Kompleks Perkantoran Gubernur Sulbar, pada Kamis (24/4/2025).
SDK menambahkan, setelah melakukan evaluasi, ia bersama Wakil Gubernur, Salim S Mengga, meminta izin Menteri Dalam Negeri (Mendagri) untuk menindaklanjuti keputusan mereka.
"Sesudah itu kita minta izin Mendagri untuk tindak lanjut," sambungnya.
Sebelumnya, SDK telah berjanji akan mengevaluasi jajaran RSUD Sulbar.
"Saya gubernur mohon maaf atas kejadian ini, yang tidak mengenakkan dan menyesakkan kita. Saya menyesalinya dan akan mengevaluasi seluruh pejabat yang ada di RSUD Sulbar, termasuk SOP-nya," kata SDK.
Lantas siapa sosok dr Marintani Erna Dochri?
Marintani Erna Dochri merupakan direktur RSUD Sulbar sejak 21 Februari 2023.
Saat itu dia dilantik oleh Sekretaris provinsi Sulbar kala itu, Muhammad Idris di Rumah jabatan (Rujab) Wakil Gubernur, disulap menjadi kantor gubernur sementara di Kompleks rujab, Jl Abdul Malik Pattana Endeng, Mamuju, Sulawesi Barat.
Marintani menggantikan direktur sebelumnya, dr. H. Muhammad Ihwan yang saat itu bergeser sebagai Sekretaris Dinas P3AP2KB Sulbar.
Marintai Erna Dochri merupakan Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan pangkat Pembina TK.I atau golongan IV B.
Dua tahun sebelum dilantik sebagai direktur RSUD Sulbar atau tepatnya pada 2021 lalu, Marintani adalah Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemprov Sulbar.
Mohon Maaf
Direktur RSUD Provinsi Sulawesi Barat, dr. Hj. Marintani Erna Dochri menyampaikan permohonan maaf atas kejadian meninggalnya pasien kecelakaan, yang sebelumnya diberitakan ditolak oleh pihak Rumah Sakit.
"Kami tidak pernah menolak pasien, tapi menyarankan ke rumah sakit terdekat, karena kondisi IGD yang tidak memungkinkan karena bed penuh dan bahkan sebagian pasien ada yang di kursi. Sesuai SOP, sebenarnya tidak boleh ada pasien di kursi tapi kami berpikir kemanusiaan sehingga ditangani dulu.
"Namun saat korban datang sudah sangat tidak memungkinkan untuk ditangani di IGD, apalagi kondisi pasien butuh penanganan serius dengan posisi berbaring sehingga membutuhkan bed (tempat tidur), dan saat itu tidak ada pasien lain yang memungkinkan untuk kami dipindahkan ketempat lain,” kata dr. Marintani Erna dalam keterangan rilis yang diterima pada Selasa (22/4/2025).
Marintani Erna Dochri berjanji menjadikan ini sebagai bahan evaluasi untuk memberikan pelayan yang lebih baik, imbuhnya.
Sementara itu, Dokter IGD RSUD Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) dr Riyana membantah penolakan pasien yang ingin mendapatkan tindakan medis.
Ia mengaku cuma menyarankan untuk dibawa ke Rumah Sakit terdekat lainnya, sebab kondisi IGD tidak memungkinkan untuk segera memberikan tindakan medis sebab pasien IGD saat itu sedang full dan para perawat juga sedang menangani pasien lainnya.
Dokter Riyana, penanggung jawab jaga waktu pasien datang menjelaskan, saat pasien datang ke IGD RSUD Regional Sulbar menggunakan mobil open cap masih dalam keadaan sadar.
Namun ruangan IGD sementara full dan tidak ada bed (tempat tidur), bahkan beberapa pasien harus di kursi ditangani.
Sehingga, Ia pun sempat meminta maaf dan menyarankan kepada pengantar korban agar membawanya ke rumah sakit terdekat lainnya yakni RS Bhayangkara.
"Saya sendiri yang langsung melayani pasien saat datang dan saat itu pasien masih dalam keadaan sadar. Namun karena full IGD dan ada beberapa pasien juga berada di lorong IGD hingga sebagian di kursi sehingga ia memintanya untuk dibawa ke RSUD terdekat," kata Dokter Yana, Selasa 22 April 2025.
"Makanya saat itu kami meminta maaf, dan menyarankan ke rumah sakit terdekat. Tak lama berselang, pasien bersama keluarganya pulang dan membawanya ke RS Bhayangkara," tambahnya.
Dengan kondisi bed yang tidak bisa dipaksakan digunakan karena digunakan pasien lainnya. Sehingga diminta untuk ke rumah sakit terdekat.
"Jadi bukan menolak pasien, tapi memintanya ke RS terdekat. Karena kami melihat pasien harus segera mendapatkan tindakan serius dan saya sendiri yang melayani dan pasien dalam keadaan sadar," ungkapnya.
Diketahui, dalam keterangan pihak RSUD Sulbar hasil komunikasi dengan RS Bhayangkara, pasien tersebut meninggal di RS Bahayangkara.
Diberitakan sebelumnya, seorang pria bernama Hendra (40), warga Kabupaten Polewali Mandar, meninggal dunia setelah menjadi korban kecelakaan lalu lintas di Salupangi, Kelurahan Simboro, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, Senin (21/4/2025).
Hendra dilarikan ke RSUD Sulawesi Barat (Sulbar) dalam kondisi kritis menggunakan mobil pickup sekitar pukul 17.21 WITA.
Namun, setibanya di rumah sakit, korban disebut ditolak masuk ke ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Menurut keterangan kerabat korban, Aco, penolakan itu disebabkan oleh penuhnya kapasitas ruang IGD.
"Sesampainya di rumah sakit, dengan alasan tidak ada tempat tidur, pihak rumah sakit menolak merawat pasien. Katanya ruang IGD penuh, bahkan ada pasien yang masih harus dirawat di kursi roda," ujar Aco kepada Tribun-Sulbar.com melalui WhatsApp pada Selasa (22/4/2025).
Setelah ditolak, Hendra kemudian dibawa ke RS Bhayangkara Mamuju, kemudian meninggal dunia di sana. (*)