Harga Beras Melonjak

Harga Beras Mahal, Emak-Emak di Campalagian Polman Pilih Mengais Gabah

Penulis: Fahrun Ramli
Editor: Nurhadi Hasbi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Para ibu rumah tangga saat mengais gabah demi memperoleh beras di Desa Lampoko, Kecamatan Campalagian, Polman, Selasa (27/2/2024).

TRIBUN-SULBAR.COM, POLMAN - Sejumlah emak-emak di Desa Lampoko, Kecamatan Campalagian, Kabupaten Polewali Mandar (Polman) mengisi waktu luang dengan mengais gabah saat panen yang nantinya akan dijadikan beras, Selasa (27/2/2024).

Hal itu mereka kerjakan untuk mensiasati kenaikan harga beras yang semakin mahal, dua pekan terakhir.

Emak-emak ini rela berpanas-panasan di tengah sawah, sembari memasang payung pelindung.

Mereka nampak mencari dan mengumpulkan gabah sisa panen para petani.

Salah satunya Hariah (60) warga Desa Sumarrang, Kecamatan Campalagian, beberapa hari terakhir menghabiskan waktu di tengah sawah.

"Sudah beberapa hari mi di sini, kumpul sisa-sisa padi, sejak naik harga beras di pasar," terang Hariah kepada wartawan.

Disebutkan pekerjaan mengais buah padi kerap dilakukan secara berkelompok.

Jumlahnya lima sampai 10 orang, dalam satu kelompok.

Meski aktivitas ini kerap dilakukan sepanjang hari, namun tidak banyak sisa padi yang bisa didapatkan.

Hasilnya pun harus dibagi secara merata, untuk seluruh anggota kelompoknya.

"Biasa dapat 10 kilogram sehari, kadang lebih, hasilnya juga harus dibagi rata, kadang kita banyak orang," lanjutanya.

Dikatakan tidak semua gabah yang terkumpul dijadikan beras, adapula dijual agar dapat membeli kebutuhan lain.

Lantaran selain harga beras malah, sejumlah bahan pokok atau bumbu dapur juga naik.

Seperti ikan, cabai, dan tomat juga mulai naik, didahului dengan kenaikan harga beras.

Hal yang sama juga diungkapkan Nurbaya (65), warga Desa Lampoko, Kecamatan Campalagian.

Meski sudah lanjut usia, sejak sepekan terakhir Nurbaya rela berpeluh keringat di bawah teriknya matahari.

Ia bersama emak-emak lainnya mengais gabah dari tumpukan sekam padi yang baru saja dipanen.

Proses mengais padi ini dilakukan dengan cara sangat sederhana, sekam padi dikumpulkan.

Diletakkan di atas piring, kemudian ditempatkan setinggi kepala lalu ditumpahkan secara perlahan.

Sekam padi berisi beras nantinya akan terkumpul pada satu titik saat ditumpahkan.

sementara ampasnya akan terbawa angin, terpisah dengan sendirinya.

"Kalau orang tua seperti saya biasa dapat 5 sampai 7 kilo, kalau dijual di sini dihargai Rp 6.500 per kilo, uangnya beli ikan, atau dijadikan beras karena mahal harga beras," ungkap Nurbayah.

Sebelumnya diberitakan, harga beras di Kompleks Pasar Sentral Pekkabata, Kabupaten Polman alami kenaikan tiga kali dalam sepekan terakhir, Selasa (20/2/2024).

Seperti yang terjadi di salah satu kios pedagang beras milik Ilham, meski mengalami kenaikan, stok berasnya tetap tersedia.

Pantauan Tribun-Sulbar.com, para ibu rumah tangga datang membeli beras secara bergantian.

Ilham menuturkan kenaikan harga beras ini terjadi selama satu pekan terakhir, naik harganya tiga kali.

Disebutkan harga beras premium isi 25 kilogram (kg) kini tembus Rp 390 ribu per karung.

"Tiga hari yang lalu harganya ini Rp 375 ribu, kemarin naik Rp 385 ribu, sekarang tembus Rp 390 ribu per karung isi 25 kg," terang Ilham kepada wartawan.

Ia mengaku tidak mengetahui penyebab kenaikan harga beras yang naik berturut-turut ini.

Dikatakan keluhan bagi pedagang ialah modal yang dikeluarkan terus bertambah.

Sementara keuntungan diperoleh pedagang dari kenaikan harga beras tetap sama.

"Kalau pembeli ibu-ibu itu ya mengeluh juga, sampai-sampai ada yang mengurangi pembeliannya," lanjut Ilham.(*)

Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Fahrun Ramli