TRIBUN-SULBAR.COM - Terkadang, kita terpaksa menahan rasa ingin buang air kecil saat kondisi tidak memungkinkan.
Namun tak disangka, kebiasaan buruk ini ternyata sangat membahayakan bagi kesehatan.
Sejumlah ahli mengungkap jika terlalu sering menahan kencing akan muncul efek merugikan bagi tubuh.
Di antaranya muncul infeksi hingga menimbulkan risiko melemahkan otot.
Dikutip Tribun-Sulbar.com dari BestLife, berikut sejumlah kerugian yang muncul akibat kebiasaan menahan buang air kecil.
Baca juga: Tips Kesehatan: 3 Kebiasaan Buruk yang Bisa Merusak Ginjal, Hati-hati Konsumsi Obat dan Makanan
1. Berisiko terkena infeksi saluran kemih.
Salah satu risiko terbesar menahan kencing terlalu lama atau terlalu sering adalah meningkatkan risiko infeksi saluran kemih (ISK).
"Ketika urin tertahan di kandung kemih, itu menciptakan tempat berkembang biak bagi bakteri untuk tumbuh dan menyebabkan infeksi. Ketika urin tidak dikeluarkan secara teratur, bakteri ini dapat menyebar ke uretra dan ginjal, menyebabkan ISK," jelas Martina Ambardjieva, MD. , PhD, residen urologi dan ahli medis internal untuk bedbible.com.
ISK biasanya memerlukan pengobatan antibiotik, jadi Anda harus selalu berkonsultasi dengan dokter saat merasakan tanda-tanda pertama infeksi.
Gejala yang muncul bisa termasuk keinginan kuat untuk sering buang air kecil, sensasi terbakar saat buang air kecil, buang air kecil dalam jumlah sedikit, urin keruh atau berubah warna, dan nyeri panggul.
Jika tak diobati, ISK dapat menyebabkan kondisi yang lebih menyakitkan dan serius, seperti infeksi ginjal.
Baca juga: Tips Kesehatan: Jenis Buah-buahan Paling Bernutrisi, Simak Kandungan dan Manfaatnya untuk Tubuh
2. Melemahkan otot-otot kandung kemih
Menurut Sonia Bahlani, MD, spesialis nyeri panggul yang berlokasi di New York City, menahan kencing terlalu lama dapat menyebabkan kontraksi otot dasar panggul.
"Ketika ini terjadi, itu dapat menyebabkan kelemahan otot di sekitar kandung kemih dan jika dilakukan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan hal-hal seperti nyeri atau inkontinensia," katanya.
Ambardjieva menjelaskan bahwa secara khusus, ini terjadi ketika otot detrusor di kandung kemih berkontraksi dan menekan sfingter uretra yang tertutup.